Senin, 03 Oktober 2011

Madam (bukan Ivan Gunawan)

“Cekuy..! Pasien selanjutnya!”
“Baik, madam.”

Tergopoh-gopoh Cekuy sang asisten segera memanggil pasien Madam berikutnya. Masuklah seorang wanita berparas cantik. Rambutnya hitam terurai, hidungnya bangir, bibirnya mungil. Tanpa dikomando dia langsung menduduki bantalan yang sudah disediakan.


Dia pandangi sang Madam. Tubuhnya bongsor, rambutnya dikepang dua bak perawat jaman colonial. Matanya menyipit mungkn keberatan dengan bulu mata palsu berwana pink yang ia pakai. Dandanannya cukup menor, mungkin menutupi keriput yang samar terlihat. Madam memakai sari (baju khas India) berwarna pink, konon beliau memang suka menyeragamkan warna baju dan bulu matanya. Miss matching!

“Hmm..masalah keluarga ya?” tebak Madam.
Wanita itu mengangguk. Wah gak salah ni, tanpa gua cerita dia langsung bisa tahu.
“Kamu bawa barang suami kamu?” Tanya Madam.
Wanita itu bengong. Bo! Masa gua bawa barang laki gua, ya dibawa dia lah!
“Maksudnya sapu tangan, kacamata, jam atau apa gitu.” Kata Madam ketus.

Dengan cepat si wanita cantik langsung menggeleng. Waduh dia bisa baca pikiran gua!
“Ya udah fotonya deh, ada gak? Ada kali di dompet kamu!” seru Madam.
Wanita itu segera merogoh dompetnya, mengeluarkan sebuah foto box jaman SMA.
“Ini madam” katanya sambil menyerahkan foto itu.


Madam mengambil bubuk putih dari kantung di sisinya, lalu melemparkannya ke perapian. Jreng gonjreng gonjreng.. &^%*% #$#&^ % @$&- &$# * &^# @!#^ &+& ^%$ #?> :”<=*&^ [maaf, demi menjaga kerahasiaan perusahaan si madam, saya tidak bisa menuliskannya disini.red] “Suami kamu lagi ada main sama seorang cewek, hmmmm….” Seru Madam. “Wah bener kan tuh, siapa cewek itu Madam?” Tanya sang wanita sambil berurai air mata. “Cewek itu.. hmmmm..” Nampaknya Madam sedang berpikir. “Ehem..ehem!” Madam terbatuk-batuk, mungkin saking kuatnya dia berpikir. Sang wanita melongo, “Madam batuk?” tanyanya polos. “Hmmmm… Ehem!” Batuk Madam makin keras. Dari sudut gordyn tampak Cekuy memetik jarinya, member kode pada sang wanita cantik. “Oh iya ini Madam, ini” katanya sambil mengulurkan sebuah amplop. “Ya…Ya..Ya..” Madam segera mengambil amplopnya. “Hmmm.. Cewek itu jauh tinggalnya, barang puluhan kilometer, sekitar dua sampai tiga jam dari sini. Ketemunya dulu di salah satu pesta. Cantik juga, tapi lebih muda dari kamu.” Sang wanita tersedu-sedu mendengar penerawangan Madam. “Kamu mau dia saya apain, santet?” Tanya Madam. “Jangan Madam, jangan. Saya pengen dia disadarkan aja, supaya gak pengen lagi sama suami saya. Malahan kalau bisa segera ketemukan dia dengan pria lain yang lebih baik buat dia. Supaya dia gak inget lagi sama suami saya.” Jawab sang wanita. “Hmmm, baiklah..” Madam kembali menaburkan bubuk putih ke atas perapian. Jreng gonjreng gonjreng *&^& %^% %# #@ $&** ^% $# :”*&^ <:> ?”: **&^% $!@ & ^%~ [maaf, sekali lagi saya tidak bisa menuliskannya disini.red]


Wusss..! Asap mengepul dari perapian. Madam kembali terbatuk. Sang wanita kebingungan mengobrak-abrik tasnya, dia hanya membawa satu amplop tadi.
“Waduh maaf Madam, saya cuma bawa cash segitu.” Kata sang wanita. Madam masih terbatuk-batuk. Sang wanita tambah kebingungan.


Cekuy sang asisten segera mendekati Madam. “Oh gak papa bu, Madam cuma keselek aja ngirup asap, maklum udah tua, ibu silakan pulang aja, pasien lain masih ngantre.” Seru Cekuy sembari memberikan obat batuk kepada Madam.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar