Minggu, 30 Oktober 2011

Good Friends Great Days

Setelah lebih dari 1 bulan gak pernah kemana-mana, cuma rumah-kantor-rumah sakit akhirnya kemarin main juga sama temen-temen.

Runtutan audit lalu mama masuk rumah sakit bener-bener bikin aku stres. Penat. Mungkin nyaris gila.

I need 'me time'. Mau potong rambut dari kapan tau gak jadi-jadi. Padahal udah geje abis.

Setelah memastikan mama bisa aku tinggal (ada ayah dan adit) sabtu kemarin setelah pulang kerja aku ke kost temenku di daerah sekeloa.

Masih dengan perasaan sedikit galau karena satu dan lain hal aku gabung dengan mereka. Ada beberapa teman kuliahku yang sengaja datang dari Jakarta.

Moodku belum terlalu baik, belum banyak tingkah seperti biasa. Malahan aku sempat tidur.

Setelah shalat ashar barulah mulai konek dengan mereka. Nonton final destination, ketawa-ketiwi sampe keram perut karena kebanyakan ngakak lihat tingkah temen-temenku.

Sempet ada niat ke cikole liat yang ospek. Tapi perut kami lebih urgent. Kami harus segera makan.

Di kambing kairo haha-hihi belum selesai. Pleus foto session konyol. Sampe keram lagi ni perut. Di parkiran pas lagi nentuin mau pulang atau gentayangan lagi, ternyata oh ternyata mobil temenku gak bisa nyala. Mesti dijumper. Hahahahaa ferari kok dijumper! :p

Jam 11 malem akhirnya aku sampe depan rumah, dianter salah satu temenku. Agak lama dibukanya. Mama pula yang bukain. Hadooh!! Tapi untungnya gak dimarah-marahin banget.

Malam kemarin meski kecapekan aku bisa tidur dengan senyum tersungging.

Tadi siang, aku merapat lagi bersama mereka. Nongkrong-nongkrong ga jelas di richeese, foto session -lagi- dan tentu saja haha-hihi kesana kemari.

Gak ada tujuan utamanya sih kami ngumpul-ngumpul, tapi aku beneran ngerasa seperti abis dicharge. Charge jiwa gitu. Capek. Tapi happy.

Kalo pulang kerja nyampe rumah capek, muka kusut bener. Tapi kalo abis maen sama mereka, capek tapi muka masih cling kayanya. :p

Thank you so much @dincit @ocir_rico @OskyrFish @rinda_dame @handika_lesmana @Ranggaffandie @eurekahero @ludytrompet

Good friends Great days
♡ ♡ ♡

Rabu, 26 Oktober 2011

aku sudah JATUH kamu tetap tak CINTA

Tak pernah aku berusaha sekuat ini

Begitu inginnya aku mendapat kamu

Entah apa yang merasukiku

Semua berkata tidak

Kecuali aku


Bermacam alibi

Tak jua terpatahkan

Beribu isyarat

Tak jua terbacakan


Kamu maunya apa
?

Kamu maunya gimana
?


Ah kamu

Aku sudah jatuh

Kamu tak jua cinta

berdamai dengan masa lalu

Apakah aku sudah berdamai dengan masa lalu?

Tentu tidak

Aku masih gila, tapi bukan berarti aku tidak berusaha

Mataku masih spontan melirik setiap mobil serupa dengannya
Lalu bersyukur bahwa itu bukan plat nomor yang kuhapal betul

Aku gila
Ya!

Sempat di beberapa malam kubuka jejak-jejaknya
Menahan napas sejenak
Tak jarang air mata tetiba mengalir

Tapi bukan berarti aku tak mencoba
Belajar pintar

Sudah kubuang semua foto-foto
Kuhapus semua dari flashdisk, laptop, kamera, ponsel

Meski belum tersapukan yang tersimpan di memori otak ini
Mungkin kelak waktu bisa menghilangkannya

Ada satu parfum yang tidak pernah kupakai lagi
Sekali waktu pernah kusemprot
Gila! Semua cerita dan rasa langsung tertayang tepat dihadapan
Tak mau lagi kumemakainya!

Pagi ini
Sebuah notification muncul
Membawaku kembali ke masa itu
Dadaku memuncah
Aku benci sekali

Menyadari belum sepenuhnya terbebas dari masa kelam
Sisa-sisa kebodohan belum semuanya tersingkirkan

Selasa, 25 Oktober 2011

uncatched message

Tidakkah kau mengerti pesanku?

Dalam setiap senyum yang terkulum
Dalam setiap post it yang kutulis
Dalam setiap bunga yang kukirim
Dalam setiap sendok yang tersedia

Tidakkah kau tangkap pesanku?

Pada sinar mentari pagi
Pada angin yang berhembus
Pada hujan yang turun
Pada dinginnya malam

Tidakkah tersirat dalam tulisan ini pun?

Minggu, 23 Oktober 2011

Orang Miskin Dilarang Sakit

Orang Miskin Dilarang Sakit

Sebuah tagline yang dulu gue anggep biasa aja. Iya sih, tapi ya udah. Sampai gue mengalaminya sendiri.

Nyokap terkena abses. Ukurannya sebesar telapak tangan orang dewasa. Besar. Sialnya, beliau gula darahnya tinggi.

Awalnya berobat ke klinik biasa. Yang ternyata abal-abal. Maen operasi aja tanpa ngecek gula darah. Gue dan keluarga ga ada yg tau kalo nyokap gulanya tinggi.

Tiga minggu berobat gak ada progress. Yang ada, lukanya makin besar. Nanah makin banyak. Sampe suatu malem gue maksa beliau untuk ke RS.

Dari awal gue ajak ke dokter atau RS, nyokap gak pernah mau. Tapi malem itu gue udah keabisan akal nanganin luka beliau. Bocornya parah banget. Gue marahin nyokap 1½ jam. Sampe akhirnya setengah sebelas malem beliau nurut untuk dibawa ke IGD RS besar deket rumah gue. Itu pun sedikit dibohongi. Gue bilang cuma ganti perban. Padahal ya mana ada sih udah ke RS cuma ganti perban doang..

Nyampe sana langsung disuruh opname dong. Dicek segala macem termasuk gula darah yg ternyata udah 650 aja! Shock. Okay, lalu subuhnya dapet instruksi agar segera dioperasi. Tapi penanganan awalnya adalah menurunkan kadar gula. Sekali suntik 380 ribu. Gue sanggupin.

Berhubung dari awal gue yg bertanggung jawab, jadi semua tindakan dikonfirmasi dulu ke gue. Termasuk harga. Demi keselamatan nyokap, gue setuju-setuju aja. Padahal duit yang gue pegang gak lebih dari 2 juta.

Sekitar jam 8 pagi, laporan billing udah dikasih. Total sampe jam 8 pagi itu udah 2,3 juta. Belum termasuk operasi yang harus dilaksanakan nanti siang. Biayanya 4,5-5 juta. Operasi doang, belum termasuk jasa dokter, dan biaya perawatan lainnya. Oya juga belum termasuk farmasi di luar operasi.

Whanjeeerrr duit dari mana?!! Saat itu gue sendiri. Sendiri bener-bener sendiri. Di hadapan konsultan biaya operasi gue nangis. Bingung.

Tapi Tuhan selalu tahu cara terbaik menolong gue. Dikirim-Nya malaikat-malaikat untuk bantu gue. Secara moril dan materil. -semoga mereka selalu diberi kemudahan dan keberuntungan-

Total jajan selama 5 hari (masuk IGD jam setengah 11 malem dianggap 1 hari ya) ± 13juta. Kelas 3 loh ya. Dan biaya kontrol 3 hari sekali ± 800ribu/kontrol.

Gue gak ngeluh. Sungguh, gue hanya share tentang pengalaman jajan ke RS tanpa asuransi.

Ketika antre konsul biaya operasi ada beberapa keluarga pasien yang datang dengan membawa SKM (Surat Keterangan Miskin) dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Menurut mereka, ngurusnya cukup rempong. Mesti ada pengantar dari RT, RW, Kecamatan dan Kelurahan.

Isinya kurang lebih seperti ini:
Nama: bla bla bla
Dinyatakan Miskin

Lalu di form persetujuan operasi selalu disebutkan seperti ini:
Nama (pasien miskin): bla bla bla
Alamat : bla bla
Ttd pasien miskin

Ouch! Bukankah itu tidak etis? Atau menurut gue aja? Entahlah, tapi menurut gue itu akan menyakiti keluarga pasien.

Terus katanya, kalo pake SKTM, cuci darah dipotong 30%, kalo pake SKM 400ribu atau gimana ya, agak lupa gue. Maklum saat itu gue juga masih blank. Nah kalo ada operasi, maksimal pemotongan 1,8 juta. Berapapun besar biaya operasinya. Mo pake SKM ataupun SKTM.

Tetep berat ya bo!

Nah saat itu, kalimat Orang Miskin Dilarang Sakit langsung terpampang di depan mata gue.

Kalo ada orang miskin yang kritis dan harus segera operasi gimana?

Kamis, 20 Oktober 2011

dageraad

Aku ingin sedikit menceritakan tentang dia.
Seseorang yang cukup istimewa.
Yang sering membuatku tertawa.
Walau kerap membuatku kecewa.

Seperti mentari.
Dia yang membuatku bersemangat setiap pagi.
Dia yang membuat merona pipi.
Membuatku tersenyum setiap hari.

Aku tak malu menceritakannya disini.
Dia yang akan pergi.
Kutuliskan jejaknya di hati.
Siapa tahu dia sudi kembali.

Rabu, 19 Oktober 2011

seperti apa aku nanti

Kadang suka membayangkan gimana kalau pada akhirnya aku hidup bersama seseorang. Akan seperti apa keadaanku. Seperti apa perasaanku. Seperti apa perlakuanku. Seperti apa hubunganku.

Kalau aku misalnya dengan sang A, sepertinya aku akan menjadi kekasih yang setia. :p . Istri yang baik, yang menyayangi keluarga, telaten, memberikan yang terbaik.

Kalau aku dengan sang B, pasti aku akan sering pundung, cemburu, mungkin lama-lama akan meledak. Aku pasti akan berbuat apapun untuk menyenangkan dia. Menjadi orang yg begitu pemaaf, tapi juga menjadi orang yg strategik. Selalu berpikir.

Sebaliknya kalau sama sang C, aku pasti akan menjadi sosok yang manja, egois, keras kepala. Seperti lil princess. Soal
setia atau tidak, aku gak jamin.

Nah kalau sama sang D, bisa dipastikan aku akan hidup dengan 2 peran. Kadang rapuh dan menjelang mati rasa. Menjadi kekasih penurut yg manut diapa2in, dan dipastikan aku akan punya selingkuhan.

Hahahaaaa... Pemikiran macam apa pula ya ini. Sudah ah, aku kembali kerja!

Minggu, 16 Oktober 2011

Ujian Tuhan

Dear Tuhan,

Dengan izinMu

Kan kuhadapi semuanya
Aku takkan menyerah
Akan kulewati semuanya dengan baik

Aku akan bertahan
Meski tanpa pelukan

Tapi Kau kirim malaikat-malaikat
dalam berbagai rupa
Orang-orang istimewa

Tuhan,
Untuk mereka kumohonkan
Kemudahan dalam segala urusan
Kebahagiaan tak berujung
Dan cinta tak bersyarat


Begitu percayanya Engkau padaku

Tuhan..
Aku meyakini,
Kau takkan pernah memberikan sesuatu di luar kemampuanku

Aku terima, Tuhan

Dan tolong berikan juga kesabaran
dan kekuatan untukku
Untuk ayahku
Untuk adikku
Dan untuk mamaku

Rabu, 12 Oktober 2011

Melody Cinta

Senangnya punya pacar lima langkah dari rumah. Kalau rindu tinggal ngomong depan pintu. Tiap hari berduaan merenda cinta yang mesra.

Awalnya kami cuma cium-ciuman, lalu peluk-pelukan. Dan akhirnya aku kebablasan. Aku hamil duluan. Sudah 3 bulan!

Mati aku, ayahku tahu aku berkencan dengan pacarku. Karena kata ayah dia tidak bekerja sehingga ku tak boleh berpacaran dengannya.

Akhirnya dia bekerja di sebrang pulau. Aku jadi punya kabogoh jauh, yang mentas laut, leuweung, gunung.

Tapi apa yang terjadi, dia tak pulang-pulang. Sudah 3 kali puasa dan 3 kali lebaran. Abaaang!!!!!! :'(

Aku mendapat kabar, katanya dia tinggal di RT 05 RW 03, no,10, jalannya jalan cinta. Aku naik bis kota jurusan kota intan.

Berbekal sebuah alamat aku mencarinya. Kesana kemari namun yang kutemui bukan dirinya, sayaaang yang kuterima alamat palsu!!
Kemana..kemana..kemana...

Minggu, 09 Oktober 2011

Opera Cinta

Jadi kamu memilih dia?
meninggalkan aku,
tetap dalam kebodohan?
tersembunyi,
tanpa masa depan?
bersama Sule?!

cecar Azis


Tidak, aku tidak memilih dia
aku hanya tidak memilihmu,
aku akan mencari cinta lain,
aku akan belajar menjadi pintar,
keluar dari tempat gelap,
menuju masa depan yang lebih baik

jawab Nunung



Jadi kamu sudah tahu jawabanku ketika harus memilih di antara mencintai orang yang tidak mencintai kamu atau dicintai orang yang tak kamu cintai..

Pertentangan

Lalu kenapa kalau kulitku putih
mataku sipit

Tak berartikah ketulusanku
kesungguhanku
kesabaranku
cintaku

Apakah karena caraku menyembah-Nya
berbeda denganmu

Apalah artinya pertentangan ini
jika sejatinya hati kita memang saling mencinta?


*Tetes hujan masih membasahi bumi, Tao Ming Tse masih mematung di halaman belakang rumah Aisyah. Semalam Pak Haji Rhoma, ayah Aisyah melarangnya untuk berpacaran dengan Tao Ming Tse lagi. Haram katanya.

ICU

Matahari sudah condong ke arah barat. Aku berjalan santai menuju tempat kost, tak jauh dari kampusku. Beberapa teman menawarkan boncengan, dengan sopan aku menolaknya. Aku ingin menikmati udara sore ini, begitu indah.

Ponselku bergetar, ada telepon masuk.
“Halo, bisa bicara dengan Sarah?”
“Iya betul saya Sarah, ini siapa ya?”
“Prita..”
Dug. Jantungku serasa berhenti. “Mau apa kamu telepon saya?”
“Papa kamu masuk rumah sakit..”
“Terus?”
“Papa kamu kena serangan, sebaiknya kamu kesini.”
Klik. Telepon ditutup. Aku menghela napas. Galau.

Sudah tiga tahun semenjak perpisahan orang tuaku, aku tak berbicara banyak dengan papa. Terakhir kali bertemu delapan bulan lalu, ketika nenek meninggal. Bahkan pada saat lebaran aku lebih memilih berlebaran di Jogja, tempatku kini menetap. Mama mengunjungiku di hari lebaran ke dua. Membawakan lontong kari buatannya.

Aku begitu marah kepada mereka, terutama pada papa. Terlebih ketika dia mulai berhubungan dengan Prita, seorang gadis yang hanya tiga tahun lebih tua dariku. Prita memang tidak ada hubungannya dengan perpisahan mama dan papa. Papa bertemu Prita sekitar dua tahun lalu, tapi tetap saja aku marah, kehadiran Prita mempersulit keinginanku untuk mempersatukan kembali mama dan papa.

Sesampai di tempat kost aku segera mengambil wudhu. Berharap bisa mendinginkan hati dan pikiranku. Begitu marahnya aku ketika mendengar suara Prita. Ah, kenapa mesti dia yang menghubungiku. Kenapa tidak papa saja yang meneleponku, kalau dia memang menginginkan kehadiranku disana. Atau memang keadaan papa sudah kritis?
**

Kami bertiga berada di ruang ICU, memperhatikan papa. Tidak ada percakapan. Kemarin aku segera menelepon mama, lalu segera mencari tiket pesawat menuju Jakarta.

Dokter John menghampiri kami, “Bapak terkena serangan masif, akibatnya jantung gagal memompa dengan baik. Ada sumbatan mengenai pangkal pembuluh koroner utama. Sebaiknya kalian selalu berada di sampingnya.” Tak lama beliau keluar. Meninggalkan kami, masih dalam keheningan.





Perlahan jemari papa merengkuh tangan mama. Mama menggenggamnya, seolah bisa membagi rasa sakit yang dirasakan papa. Pandangan sinis kulemparkan pada Prita saat ia pamit mengambil minum setelah sekilas melihat papa dan mama berpegangan.

Monitor di samping ranjang papa berbunyi, tampak garis lurus di layarnya. Aku merasa ini bukan hal yang baik. Aku berteriak memanggil dokter. Dokter dan perawat segera melakukan defibrilasi. Aku dan mama dievakuasi ke luar ruangan. Prita segera menghampiri kami, khawatir. "Ada apa?" tanyanya. Aku menggeleng, tak tahu. -atau memang hanya tak ingin menjawabnya-



Tak lama dokter keluar ruangan, “Syukurlah, beliau sudah kembali.”
Alhamdulillah, rupanya tadi jantung papa sempat tak berdetak. Kami diperbolehkan kembali masuk. Prita pamit untuk pulang, sudah dua hari ini ia menunggui papa. Aku mengijinkannya, -atau membiarkannya-, entahlah.

Aku dan mama duduk di samping papa. Papa nampak lebih kurus, tulang pipinya menonjol. Rokok telah menggerogoti paru-paru juga memperburuk kondisi jantungnya. Aku merasa bersalah tak pernah melarangnya merokok lagi. Dulu ketika kami masih bersama aku bak satpol pp, memarahinya jika ia ketahuan merokok. Menciumi kemejanya ketika pulang kerja kalau-kalau dia nakal merokok di saat aku tak mengawasinya.

Papa mulai sadar dari tidurnya, dia menatap wajah mama. Mama mengusap air matanya. Aku masih bisa melihat cinta di mata mereka. Mereka masih saling mencintai.

Aku bersyukur melihat papa berada di ruangan ini. Melihatnya tergeletak tak berdaya, kritis. Bukan, bukan karena aku marah padanya. Tapi kami jadi bisa berkumpul. Aku, mama, papa. Tanpa makian, amarah, atau sumpah serapah.

Papa melirik ke arahku. Aku segera beranjak, mendekatinya. Menggenggam tangannya.
“Maafin papa..” katanya terbata-bata.
“Gak pa, aku yang minta maaf, aku yang banyak salah..” kataku sambil berurai air mata.
Papa tersenyum. Lalu kembali melirik mama. “I love you..” lalu menghela napas. untuk terakhir kalinya
Tuuuuuut............ monitor kembali menunjukan garis lurus.

Surat Dari Mantan

Mantanku yang cantik

ada apa denganmu?

awan hitam bergalayut di paras ayumu

senyum tak lagi mengembang di bibir mungilmu

Siapa yang membuatmu seperti ini?

dia kah?

Dear,

sungguh dia tak pantas kau tangisi

kau ratapi

kau nanti

Dear,

bangkitlah

kembalikan semua semangatmu

keceriaanmu

akal sehatmu

Dear,

bahuku akan selalu ada untukmu



-always B-





*Sri melipat kembali surat dari Budiono, napasnya terasa berat air mata mengalir ke pipinya. Ah, andai saja aku dulu tak menyia-nyiakannya. Tapi kurasa semua sudah terlambat, ia sudah menikah dengan perempuan lain..

gimme a clue

Kamu,
rubiks yang belum bisa kususun 


Kamu,
rumus fisika yang belum bisa kupecahkan 


Kamu,
senyawa kimia yang belum kutemukan 


Kamu,
bilangan X yang belum kupunya 


Kamu,
teori yang belum bisa kuaplikasikan

Bolehkah, Tuhan?

Tuhan,
Aku selalu merindunya
setiap kuhirup udara pagi
sepanjang hari
dalam malam-malam
ketika tetiba kuterjaga
dan setiap mataku tak dapat menangkap sosoknya

Tuhan,
tidakkah Kau lihat ia begitu baik?
Begitu sempurna di mataku.
Entah sudah berapa lama jantung ini tak berdebar begitu hebat
Entah berapa masa yang kuhabiskan untuk mempersiapkan saat ini

Tuhan,
dia kah jawabMu?
Sungguh aku akan menjadi hamba yang baik
Sungguh aku akan menghindar dari yang nakal-nakal

Tuhan,
bolehkah ia menjadi milikku?

Belajar Melangkah


Kesekian kali

Melenggang kaki

sedikit berlari

menjauh pergi

Meski agak berat di hati

Kucoba lagi


Siapa suruh kau tikam jantungku

tinggalkan jejak di sudut hatiku

membuatku terpaku

dalam rindu

setelah kau terikat ragu

Malam Dingin


Mataku terpekat

tak pernah ku merasa begitu hangat

selain dalam dekapanmu yang erat

dulu, sebelum kamu menjadi keparat



Sunyi mengintip dari balik lemari

menertawakan aku yang sendiri

Bajumu masih tersimpan rapi

begitupun dengan semua memori

Supersub


Bersamamu ketika kamu tak bersamanya

Menggenggammu ketika kamu tak memenggamnya

Menciummu ketika kamu tak menciumnya

Memelukmu ketika kamu tak memeluknya

Kau pikir enak?

Datanglah padaku ketika dia sedang bersama lelakinya

Genggamlah tanganku ketika tangannya menggenggam lelakinya

Ciumlah bibirku ketika bibirnya sedang berpagut dengan lelakinya

Peluk tubuhku ketika tubuhnya dipeluk lelakinya.

Akan kuikat badanmu

kuborgol tanganmu

kuplester mulutmu

kucuci otakmu

Lalu kugantung di tiang jemuran!

Berhenti di Kamu


Perjalanan cukup panjang
Seperti drama seri bermusim-musim

Kutemui berbagai macam tipikal
Dari a sampai z

Tawa dan air mata mengiringi setiap tonil

Aku pernah terbang ke langit tujuh
Pun terpuruk hingga di titik nadir

Sempat lelah
Lalu ku beranjak lagi

Mencoba kumpulkan tiap kepingan yang terserak
Berdiri, berjalan dan berlari

Kamu ada disana
Dengan senyum tulus
Pelukan hangat
Kecupan manis

Pencarianku
berhenti di kamu

Kala Hujan

Imlek belum datang, tapi musim penghujan sudah sejak awal bulan lalu mengguyur kotaku. Dari kecil aku suka hujan, sekarang lebih suka hujan. Hujan itu romantis, walau menurut pacarku, aku bukan pria romantis.


Waktu kecil aku sering bermain bola ketika hujan, bersepeda ketika hujan, main perang-perangan ketika hujan. Kami tidak akan berhenti sampai ibuku berteriak memanggil kami. Kunikmati ketika keringat bercampur lumpur serta air hujan yang tak sengaja menempel di lidah, rasanya asin, mungkin karena tercampur sesuatu dari hidungku juga, hehe. Biasanya ibuku akan memelukku semalaman ketika badanku demam karena kehujanan. Aku suka sekali dipeluk ibu, mungkin itu sebabnya aku tak berhenti main di kala hujan.


Ketika SMA aku juga suka hujan. Aku suka ketika teman-teman perempuanku berlarian di bawah hujan. Seragamnya jadi jadi basah, aku bisa menerawang apa yang di tutupinya. Hahaha. Apalagi kalau si Mita yang hujan-hujanan, hmmm aku dan Bani tidak akan beranjak dari tempat nongkrong kami.


Aku makin suka hujan ketika berpacaran dengan Tia pacarku sekarang. Dia sangat suka hujan, dia suka dengan bau air hujan bercampur dengan tanah. Bau yang khas, sangat Indonesia, karena menurutnya di Perancis tidak ada bau seperti itu. Dia memang sempat beberapa tahun tinggal di Perancis. Dia teman SMAku, Tia temannya Mita, mereka dulu paling suka hujan-hujanan. Mungkin itu salah satunya aku suka melihat Mita hujan-hujanan, karena Tia juga pasti ikut hujan-hujanan.


Minggu kemarin Tia minta diantar ke mall. Dia membeli lima jaket. Hijau, biru, pink, merah dan hitam.


Aku: "Sayang, kamu beli jaket warna-warni gitu sih?"


Tia: "Kan biar matching Say, kalau aku lagi pake baju ijo jaketnya yang ini, biru pake yang ini, pink yang ini.."


Aku: "Ya ampun, dasar miss matching..jaket aja mesti seragam.."


Ya dia memang begitu, kalau pake baju hijau, tas juga mesti hijau. Kalau pake baju coklat, sepatu juga mesti coklat. Pake baju merah dalemannya juga merah, #eh kok aku bisa tahu ya :p


Ketika hujan Tia malah gak mau bawa mobil, dia lebih senang numpang motorku. Lebih romantis katanya, dia senang-senang aja walau malam harinya dia akan demam, karena aku yang harus menemaninya semalaman. Aku juga sebenarnya suka sih, hehe.


Pernah suatu kali di saat hujan, kami bertengkar hebat, Tia sampai tidak mau memakai jas hujan, dia ingin turun, tapi aku tidak mau menurunkannya karena sudah malam dan tidak ada taxi atau angkot saat itu. Setelah dia mengancam akan loncat, aku terpaksa berhenti, kami saling berteriak di bawah hujan, saling menyalahkan satu sama lain. Untung gak lama ada angkot berhenti. Kulihat Tia menangis ketika naik angkot. Penumpang lain langsung memberikan pandangan kasihan terhadapnya. Aku masih marah, tapi tetap kuikuti sampai rumahnya.


Saat musim hujan dua tahun lalu rumahku sempat kebanjiran, semua barang-barang elektronik dijejalkan di kamarku yang berada di lantai atas. Aku sempat masuk teve ketika nongkrong di atas genteng. Teman-teman langsung meneleponku. Dan tidak ada satupun dari mereka yang mengucapkan prihatin atas rumahku, semuanya mengatakan kalau aku hebat bisa masuk teve, sayang, rambutku sedang acak-acakan jadi agak kurang kameraface. -__-!!


Aku juga pernah mendorong mobil Tia ketika tiba-tiba sedan buatan eropanya itu mogok. Di bawah hujan deras jam satu siang aku mendorong mobilnya ke bengkel sekitar lima kilometer. Di balik kemudi dia senyum-senyum sambil makan roti buatan ibuku. "Ayo terus dorong bang!" aku hanya tersenyum kecut.


Aku ingat kami pernah menari di bawah hujan, di depan kampusku -calon-kampusku-saat-itu- ketika namaku tercantum sebagai mahasiswa baru disana. Seperti dua bocah, seperti adegan film india, kami menari dan loncat-loncat di parkiran kampusku, di bawah hujan.


Suatu kali, pernah kami naik becak di bulan puasa, kami disuruh ibu untuk mencari kolak. Karena hujan, ibuku melarang memakai motor, akhirnya kami berkeliling komplek naik becak di bawah hujan, di dalam becak yang tertutup plastik, kami saling berpegangan, dia menyandarkan kepalanya ke bahuku, di belokan komplek dia menadahkan kepalanya berniat membisiki sesuatu, tapi hidungnya tak sengaja menyentuh bibirku, lalu kami hehe kami pun batal duluan..Maafkan kami bu, maafkan kami Tuhan..


Ah banyak sekali hal terjadi ketika hujan. Senang, sedih, konyol.. Kira-kira apalagi hal-hal yang terjadi hujan kali ini ya?

Jumat, 07 Oktober 2011

Pesan Yang Tertukar

Jatuh cinta sejuta rasanya.

Benar sekali!!

Sampai-sampai aku tak bisa mengungkapkannya.

Malah banyak melakukan hal bodoh di depanmu.

Kita selalu tersenyum saat berpapasan.

Wajahku memerah.

Wajahmu juga.

Aku senang jika kita sudah duduk bersama.

Tak banyak kata yang terucap.

Tapi begitu padat komunikasi yang terjalin.

Yang kutahu kita sedang jatuh cinta.

Aku jatuh cinta padamu.

Kamu jatuh cinta padanya.



*hoalaah iki semua salah si jaja penjaga kostku. Aku sing kirim puisi dan bunga buat mbak kenes, lha dia bilang dari mastur. Bukan mbak, surat dan bunga yang sampeyan dapet dari aku. Mas Turino, bukan dari si mastur!!*

Sebentar yo, aku mau nangis di bawah shower dulu. Meratapi nasib. Gustiii..

Rabu, 05 Oktober 2011

Telur Dadar Setengah Gosong

Apalagi yang lebih bersahaja dari cinta dalam kesederhanaan?

Kami terlahir dari keluarga yang kata orang beda kasta. Dia orang kaya dan aku orang tak punya. Bak kisah cinderela, dia bisa mencintaiku apa adanya. Meskipun ada pertentangan dari keluarga besarnya.

Setelah sama-sama lulus SMA aku mendapat pekerjaan sebagai staf produksi di sebuah food company. Dia sendiri meneruskan kuliah.

Setahun kemudian dia melamarku. Keluarganya tak terima. Dia diusir dari rumahnya. Tapi dia tetap nekad menikahiku. Seperti kisah sinetron ya? :)

Dalam kesederhanaan kami mulai mengarungi samudera pernikahan. Kami tinggal di sebuah kontrakan seluas 3x3m. Selain kuliah dia pun bekerja sebagai pekerja lepas di sebuah perusahaan otomotif.

Suatu hari aku pulang kerja lebih awal. Badanku panas, perutku mual. Dia menjemput lantas membawaku ke dokter. Ternyata aku hamil.

Dia merawatku dengan penuh perhatian. Kalau biasanya aku yang melayani dia dari ujung kepala hingga ujung kaki, kini dia yang melakukannya padaku. Bahkan dia memasak untukku. Sebuah telur dadar yang satu sisinya gosong. Ditutupinya dengan kecap manis, juga senyuman yang tak kalah manis.

Setelah melahirkan seorang putra tampan, keluarganya mulai menerimaku. Bahkan mereka mengajakku tinggal di rumahnya. Sempat aku menolak, tapi melihat kebahagiaan yang terpancar di mata suamiku karena diterima lagi di keluarganya aku tak tega.

Kehidupan kami mulai membaik. Setelah mendapat gelar sarjana dia mendapat sebuah showroom motor hadiah dari orangtuanya. Sebagai bekal untuk kehidupan kami kelak katanya. Aku sendiri sudah tak bekerja semenjak hamil dahulu. Kandunganku terlalu lemah. Aku tak boleh kecapekan.

Suamiku semakin kiat bekerja. Bahkan di tahun ke dua kami sudah mempunyai rumah sendiri. Aku hamil lagi anak kedua. Bisnisnya makin maju.

Dia bahkan berencana membuka showroom keduanya. Dia makin sibuk, makin jarang bertemu denganku juga putra kami.

Menginjak usia kandungan ke tujuh bulan aku jatuh sakit. Ada flek yang keluar, ibu segera membawaku ke RS. Dia tidak bisa menemaniku karena sedang berada di luar kota. Aku dirawat di ruang VIP. Ruangannya tak mirip dengan Rumah Sakit malah lebih menyerupai kamar hotel.

Hingga hari ke empat aku diopname, belum juga kami bertemu. Katanya dia sempat menjengukku sebentar di RS, malam ketika aku terlelap setelah minum obat. Entahlah.

Aku merindunya, sungguh. Aku tak perlu dirawat di kelas VIP seperti ini, dijaga oleh dua suster. Aku tak butuh mereka. Aku hanya butuh suamiku. Butuh dia di sampingku. Dengan telur dadar yang satu sisinya gosong. Yang dia tutupi dengan kecap manis. Juga dengan senyumnya yang manis.

Nonton AC Milan LIVE! (^^,)//


Ini adalah late post yang seharusnya gw post awal bulan lalu. Tapi gapapa ya :)


Dulu gw sempet upload stadium-stadium terbaik versi gw (di blog lama), yang tentu saja ingin gw datangi. Salah satunya San Siro, dimana gw bermimpi untuk nonton AC Milan secara live. Nah beberapa waktu lalu, beruntung gw bisa menonton klub favorit gw itu secara live meski belum di San Siro. :p


Awal bulan, tepatnya tgl 4 September gw nonton Milan Glorie vs Indonesia Legend di GBK. Bersama sahabat dan adik gw yang nyata-nyata seorang interisti. Hahahahaa pasti dilema sekali ketika dia berada di antara lautan Milanisti :))


Permainan sudah pasti tidak imbang ya, heuheu. Beda kelas. Sekalipun sama-sama udah 'lejen', tim tamu pasti lebih menguasai permainan. Tapi bukan berarti tim Indonesia gak ada upaya. Sempet beberapa kali bola terbang di area gawang Milan.


Kami para Milanisti terbagi hati antara jiwa sebagai pendukung Milan sekaligus pendukung Indonesia. Maka gak aneh kalo kami berseru ketika Billy Costacurta menembak ke arah gawang Indonesia, juga bersorak ketika Rocky Putiray mendekati kotak penalti Milan.


Yel-yel Milan dinyanyikan bergantian dengan Garuda di dadaku. Tidak, kami tidak labil. Tapi memang kami menonton tanpa ada beban. Kami mendukung kedua tim :)


Menonton pun agak peer. Namanya nonton di stadion, jarak pandang jauh ya bo. Udah mah gak hapal semua susunan pemain. Dan tau sendiri di GBK kagak ada layar teve yg nyiarin. Itu layar segede gaban cuma jam doang pan yak. Jadi pas ada gol kagak ada replay. Mo dengerin MC, soundnya udah pasti kalah ama suara penonton. Jadi kalo ada gol atau pergantian pemain gak aneh ada nanya-nanya  "sapa tu yg golin?" "sapa tu yg diganti?" :)) 



Nah orang di depan gw dengan pintarnya bawa HP yang ada tipinya. Jadi kalo ada kejadian penting yg gak ngerti, doi langsung nyalain hapenya. Gw? curi-curi pandang ke layar pleus curi-curi dengar pas temennya nanya "siapa bro?" :))


Lesson: Jadi jangan suka ngeremehin hp cina. Ada gunanya bo!


Pergantian pemain yang paling kocak pas Dida yang udah ditarik keluar terus masuk lagi dan jadi striker. Berhubung Dida -sepertinya- yang paling dikenal oleh seantero penonton GBK maka kami bersorak sorai sekaligus terheran-heran kenapa bisa seperti itu. Tapi ya namanya charity match yak?! :)


Oh ya ternyata oh ternyata serombongan penonton di depan kami adalah keluarga Roy Jekoniyah (gitu bukan sih nulisnya?) vocalist boomerang. Dan ternyata oh ternyata lagi, doi ganteng! Sekeluarga ganteng! Gw -yang bahkan ngak tau lagunya- minta poto bareng. Ayeeee!


Berhubung tanggal 4 adalah hari terakhir masa liburan lebaran, yang artinya itu adalah hari minggu, dan besoknya adalah hari Senin dimana gw mesti masuk kerja. Agak peer ketika harus mikir gimana ceritanya pertandingan yang baru mulai jam 7 malam, selesai pasti sekitar jam 9 malam. Dan harus melewati perjalanan pulang ke Bandung sekitar 3 jam-an, dan besok paginya harus datang jam 7 pagi di kantor.


Perjalanan perginya juga cukup bikin iris nadi bo! -nadi ayam yah- secaraaaa gw berangkat sabtu malam, dimana saat itu adalah puncak arus balik. Kami stuck di KM 80-57 Tol Cipularang. Udah pengen nangis aja mameeennn... Mana dari KM 90 gw udah parno gegara siangnya kecelakaan bang ipul.


Perjalanan pulang sih lancar jaya! Tapi gw yang berada di bus 3/4 sebuah travel ternama, yang penumpangnya cuma gw dan adek gw. Eh pas mo berangkat ada juga deng 3 orang yang naik di belakang. Dan langsung molor. Ternyata e ternyata sang sopir ngantuk. Ngantuk tingkat tinggi sampai terantuk-antuk. Takutlah gw... secara yang masih hidup banget cuma gw dan kenek. Gw suruh aja istirahat dulu di rest area. Lha dasar ngantuk, udah masuk ke rest area bukannya ke tempat parkir malah belok ke arah keluar. Masuk jalan tol lagi kitah!


Dengan gagah berani gw langsung suruh sopir untuk menepi. Daripada celaka kaan?! akhirnya kita berhenti di pinggir jalan. Gak jauh dari rest area. Sopirnya gw suruh beli kratingdaeng, gw suruh ngerokok, gw suruh jalan-jalan dulu. Pokoknya bikin dia seger deh. Dan dia nurut. Alhamdulillah, gw sampai dengan selamat sampai tujuan.


Tapi ternyata semua capek hilang setelah gw benar-benar menyaksikan secara langsung klub favorit gw. Meski udah ketinggalan 2 travel dan mesti gambling nyari on the spot travel balik ke Bandung. Toh setelah nyampe rumah sekitar jam 1 pagi gw tetap merasa happy. :)



Gw sebagai Milanisti -cieee- pasti bangga dong. Nonton klub favorit secara live!


Banyak yang ngeledekin karena yg tanding bukan starting eleven sekarang. Tapi tetep aja, Milan bo! Klubnya, bukan sekedar pemainnya..


Gak bisa dipungkiri pertama kali gw ngefans Milan karena Kaka'nya. Sempet galau juga ketika Kaka' pindah ke klub yg gak gw suka. Tapi ternyata lama-lama gw menyadari bahwa gw cinta Milan. Sekalipun pelatih berganti, pemain angkat kaki..


Memang bukan hanya Milan klub favorit gw. Masih ada Chelsea, Liverpool, Barcelona dan tentu saja Persib. Hehe. Siapa tahu gw juga bisa nonton klub terbaik lainnya suatu hari nanti. Bukan saja ketika mereka berkunjung ke Indonesia, tapi gw bisa nonton di stadium kebanggaannya masing-masing. -give me Amin please-

Selasa, 04 Oktober 2011

Seperti Yang (kurasa) Mama Inginkan

Kakak tertawa puas setelah merobek poster NKOTB di depan perosotan sekolah. Poster yang kubeli dari uang jajanku selama seminggu. Aku tidak jajan seminggu tahu!


Dia bilang aku gak pantas menyukai NKOTB. Aku masih terlalu kecil. Padahal aku suka sekali pada Jordan Knight. Dia begitu tampan! Aku suka menciumnya setiap pagi dan sebelum tidur. Itu kurasa alasannya kakak merobek posterku.


Aku segera berlari ke arah mama. Mengadukan perilaku kakak. Mama langsung menjewernya. "Kamu jangan rusak barang adikmu!" Aku tersenyum senang. Kakak mendengus kesal.


Dia juga marah besar ketika mendapati aku di depan meja rias sedang memakai lipstik dan eye shaddow mama.
Bahkan dia sempat merobek rok yang kupinjam dari teman sekelasku.


Mama saja gak protes, kenapa kamu yang ribet sih.


Kakak sangat menyebalkan! Dia memaksaku mengikuti kegiatannya. Main bola, layangan, main kelereng. Huh!


Aku merasa memang mama lebih menyayangiku dibanding kakak. Kakak selalu memaksakan kehendaknya. Tidak seperti mama, beliau lebih sering mengajakku jalan-jalan, belanja dan ke salon. Aku tergelak ketika di manicure dan pedicure, geli sekali rasanya.


Seperti yang kakak bilang, aku ini kayanya puber dini. Masa aku udah suka pada teman sekolahku. Dan tentu saja kakak lagi-lagi melarangku.


Ramon, namanya. Dia TK 0 besar. Rambutnya selalu terlihat klimis. Dia juga tidak nakal, selalu mengantre saat main perosotan, tak pernah mendorong ayunan temannya tinggi-tinggi. Tawanya begitu riang ketika main jungkat-jungkit.


Ketika aku menginjak bangku SD mama tiada. Dulu aku kira kakak akan menjahatiku setelah mama pergi. Nyatanya tidak. Bahkan sekarang dia lebih baik padaku. Tak pernah mengolok-olok, membentak, atau mengerjai aku. Dan yang pasti dia sekarang mau menerima aku apa adanya.
***


"Hei bengong aja kamu!" Serunya membuyarkan lamunan. Aku bangkit dari ayunan. Tadi pagi setelah nyekar ke makam mama aku menuju TK Ceria. Sekolahku dua puluh tahun yang lalu.


"Udah siang, ntar gak keburu ngejar pesawat loh." Katanya lagi.
"Iya, ayo kak.." Ujarku seraya berjalan menuju mobilnya.


Kakak mengantarku ke bandara. Penerbangan CGK-BKK lepas landas sekitar dua jam lagi. Aku menyambut kehidupan baruku. Kelamin baruku. Seperti yang kurasa mama inginkan sejak dulu.

Senin, 03 Oktober 2011

Madam (bukan Ivan Gunawan)

“Cekuy..! Pasien selanjutnya!”
“Baik, madam.”

Tergopoh-gopoh Cekuy sang asisten segera memanggil pasien Madam berikutnya. Masuklah seorang wanita berparas cantik. Rambutnya hitam terurai, hidungnya bangir, bibirnya mungil. Tanpa dikomando dia langsung menduduki bantalan yang sudah disediakan.


Dia pandangi sang Madam. Tubuhnya bongsor, rambutnya dikepang dua bak perawat jaman colonial. Matanya menyipit mungkn keberatan dengan bulu mata palsu berwana pink yang ia pakai. Dandanannya cukup menor, mungkin menutupi keriput yang samar terlihat. Madam memakai sari (baju khas India) berwarna pink, konon beliau memang suka menyeragamkan warna baju dan bulu matanya. Miss matching!

“Hmm..masalah keluarga ya?” tebak Madam.
Wanita itu mengangguk. Wah gak salah ni, tanpa gua cerita dia langsung bisa tahu.
“Kamu bawa barang suami kamu?” Tanya Madam.
Wanita itu bengong. Bo! Masa gua bawa barang laki gua, ya dibawa dia lah!
“Maksudnya sapu tangan, kacamata, jam atau apa gitu.” Kata Madam ketus.

Dengan cepat si wanita cantik langsung menggeleng. Waduh dia bisa baca pikiran gua!
“Ya udah fotonya deh, ada gak? Ada kali di dompet kamu!” seru Madam.
Wanita itu segera merogoh dompetnya, mengeluarkan sebuah foto box jaman SMA.
“Ini madam” katanya sambil menyerahkan foto itu.


Madam mengambil bubuk putih dari kantung di sisinya, lalu melemparkannya ke perapian. Jreng gonjreng gonjreng.. &^%*% #$#&^ % @$&- &$# * &^# @!#^ &+& ^%$ #?> :”<=*&^ [maaf, demi menjaga kerahasiaan perusahaan si madam, saya tidak bisa menuliskannya disini.red] “Suami kamu lagi ada main sama seorang cewek, hmmmm….” Seru Madam. “Wah bener kan tuh, siapa cewek itu Madam?” Tanya sang wanita sambil berurai air mata. “Cewek itu.. hmmmm..” Nampaknya Madam sedang berpikir. “Ehem..ehem!” Madam terbatuk-batuk, mungkin saking kuatnya dia berpikir. Sang wanita melongo, “Madam batuk?” tanyanya polos. “Hmmmm… Ehem!” Batuk Madam makin keras. Dari sudut gordyn tampak Cekuy memetik jarinya, member kode pada sang wanita cantik. “Oh iya ini Madam, ini” katanya sambil mengulurkan sebuah amplop. “Ya…Ya..Ya..” Madam segera mengambil amplopnya. “Hmmm.. Cewek itu jauh tinggalnya, barang puluhan kilometer, sekitar dua sampai tiga jam dari sini. Ketemunya dulu di salah satu pesta. Cantik juga, tapi lebih muda dari kamu.” Sang wanita tersedu-sedu mendengar penerawangan Madam. “Kamu mau dia saya apain, santet?” Tanya Madam. “Jangan Madam, jangan. Saya pengen dia disadarkan aja, supaya gak pengen lagi sama suami saya. Malahan kalau bisa segera ketemukan dia dengan pria lain yang lebih baik buat dia. Supaya dia gak inget lagi sama suami saya.” Jawab sang wanita. “Hmmm, baiklah..” Madam kembali menaburkan bubuk putih ke atas perapian. Jreng gonjreng gonjreng *&^& %^% %# #@ $&** ^% $# :”*&^ <:> ?”: **&^% $!@ & ^%~ [maaf, sekali lagi saya tidak bisa menuliskannya disini.red]


Wusss..! Asap mengepul dari perapian. Madam kembali terbatuk. Sang wanita kebingungan mengobrak-abrik tasnya, dia hanya membawa satu amplop tadi.
“Waduh maaf Madam, saya cuma bawa cash segitu.” Kata sang wanita. Madam masih terbatuk-batuk. Sang wanita tambah kebingungan.


Cekuy sang asisten segera mendekati Madam. “Oh gak papa bu, Madam cuma keselek aja ngirup asap, maklum udah tua, ibu silakan pulang aja, pasien lain masih ngantre.” Seru Cekuy sembari memberikan obat batuk kepada Madam.

***

Kangen (bukan band)

"kangen!"
kukirimkan sms itu padamu.

1 menit,2 menit,5 menit..
Kamu ga bales,
aku tersenyum.

Aku lebih senang kalo kamu ga bales sms itu.

Karena biasanya kamu akan tiba-tiba mengetuk pintu rumahku.
Atau tiba-tiba kamu balas setelah 2-3 jam "yang, d bajaj"

Dengan senyum mengembang,walau lelah terlihat di matamu.

Ga peduli siang atau malam,kamu akan datang menemuiku.
Menempuh jarak puluhan kilometer.
Walau setelah 2-3 jam kamu harus pergi lagi.

Hmm..
Sudah 4 jam setelah kukirimkan sms itu.
Belum ada balasan.
Pintu rumah sengaja kubuka lebar,agar aku bisa melihat keluar,siapa tau kamu sudah ada d halaman.

setting: private number active

dengan mata tertutup pun jariku dgn sangat terlatih bisa meneleponmu -nomormu memang tdk ku save d hpku-

tuut..tuut..tuut..

"hallo.." suara wanita, suara dia..



Kututup lagi pintu rumahku,kembali ke kamar,menyalakan teve.
Tak terasa air mata membasahi guling yg kupeluk.

Aku ingin kamu disini sekarang!

Melepasmu (bukan lagunya Drive)

Arggh! Jalan macet parah. Seperti biasa, setiap weekend jalanan dipenuhi mobil berplat nomor luar kota. Motor berseliweran di kanan kiriku. Angkot seenaknya berhenti dan ngetem dimana saja. Inilah sebabnya aku agak sebal ketika dua minggu lalu aku dipindahtugaskan ke kota ini. Tidak hari kerja atau weekend, selalu macet. Aku menghela napas. Kubelokkan mobil ke jalan kecil, jalannya memang tidak terlalu bagus tapi setidaknya aku terbebas dari suara klakson para pengendara yang tidak dianugerahi kesabaran.

Jalan ini dulu sering kulalui bersamanya. Dia sangat suka jalan ini. Teduh, katanya. Walau perjalanan kami akan jadi sedikit lama karena mobilku harus hati-hati berjalan di antara lubang-lubang. Tapi kurasa dia memang senang berlama-lama dalam mobilku. Berdua.

Kulirik jok sebelah, biasanya dia sedang tertawa sambil sedikit berteriak seolah kami sedang arung jeram. “Awas ay, jeram di depan cukup deras!” atau “Hati-hati ay, batunya akan membalikkan perahu kita!” lalu aku akan tersenyum, menanggapi celotehannya.

Tapi kali ini tidak, jok itu kosong. Tidak ada celotehan konyolnya.

Wiper terus menghalau air hujan yang terus mengguyur sedari siang. Kaca mobil sengaja kubiarkan berembun, karena biasanya dia akan membuat tulisan atau gambar seperti anak kecil. ‘Ay-Yank’ begitu biasanya ia tulis, tak lupa gambar hati dan bintang. Ya, dia memang tak pandai menggambar.

Tapi kali ini tidak, kaca jendela masih buram, dipenuhi embun. Tidak ada tulisan konyolnya.

Perut sedikit sakit, maagku kumat sepertinya. Aku lupa, hanya secangkir kopi yang masuk perutku. Kubelokkan mobil ke arah selatan, ada nasi padang yang enak disitu.

Aku pesan ayam pop dan udang goreng, tak lupa minumnya teh botol sosro. Aku terdiam sejenak, biasanya petugas kasir harus menunggu untuk menghitung pesanan karena makanan kami belum kumpul semua, ia masih akan memilih-milih apa yang akan dimakannya, walau sudah pasti ia akan mengambil ayam dan terung lado. Petugas kasir membuyarkan lamunanku, “Ada yang lain, mas?”. Aku menggeleng, tersenyum.

Kuhampiri meja pojok, duduk membelakangi kolam ikan. Karena ia pasti akan duduk tepat menghadap kolam, ia suka makan sambil memperhatikan ikan-ikan disana. Agak aneh aku langsung menyentuh makananku, biasanya aku harus mencabik-cabik ayam ladonya dulu. Ia tak suka makanan panas jadi aku suka memotong dan mencuili makanannya sebelum akhirnya ia makan.

Aku segera pergi setelah minuman habis, makanan di piring masih tersisa, aku tak terlalu napsu makan. Lebih baik aku pulang saja.

Hatiku masih tak keruan. Kubuka inbox hape, sms darinya masih ada.

‘km dmn?bisa ketemu gak?’
From: +628172***72
Fri 07/01/11 15:47

Dua bulan yang lalu. Pulang kantor aku segera menemuinya, menempuh jarak puluhan kilometer, perasaanku tak enak, teleponku tak diangkat.

Matanya sembab, bibirnya terkunci rapat. Kami hanya duduk terdiam dalam mobil selama lebih dari satu jam.

“Kita harus udahan” katanya tertahan. Aku terserentak, “Kenapa?” tanyaku.
“Aku capek ay” jawabnya lemah seraya membuka pintu mobil. Aku mengejarnya “Yank!”

Ia mencoba melepaskan genggamanku. Sedikit meronta akhirnya ia memelukku, erat. Lalu menangis tersedu-sedu. Untunglah jalanan sudah sepi, jarum jam sudah menunjuk angka sebelas. Hanya ada beberapa mobil yang lewat. Aku menariknya lagi masuk mobil, ia tak mau.

“Jangan temuin aku lagi, kamu harus lepasin aku.” Katanya tegas. Lalu ia berbalik meninggalkan aku sendirian. Sejak itu tak ada lagi telepon private number atau sms ‘kangen!’ darinya. Kucoba mendatangi rumahnya, ibunya bilang ia sedang ke luar kota. Aku hanya bisa tahu kabarnya melalui facebook. beberapa status updates menjelaskan keadaannya sekarang. ‘capek’, ‘hampa’, ‘kuat’, ‘ikhlas’.
Maafin aku yank..
***


Tak terasa sudah sampai rumah, aku bergegas masuk, hujan masih mengguyur. Istriku segera menghampiri, membawakan handuk. “Mandi dulu ya, biar gak masuk angin.”
---ooo---

Minggu, 02 Oktober 2011

Unsend Tweet

LED belum menyala sedari pagi. Belum ada kabar apapun darinya.
Menyebalkan bukan kepalang berada dalam posisi sepertiku. Tergantung. Pasti kalian menertawakan aku yang masih saja terjebak dalam hubungan tanpa status. Jangankan kalian, aku saja heran.

Sebenarnya aku bosan dicitrakan sebagai perempuan galau. Suka mencinta dan sering menanti. Jatuh cinta -  seringnya jatuh, bercintanya entah.

Kuketik beberapa kata, lalu segera ku discard. Ahhh tak pantas rasanya dia mendapat kata-kata indahku. Lalu mendapat senyuman penuh arti dari beberapa followersku. Ahhh aku tak mau! Aku tak mau kamu menyadarinya. Aku tak mau kamu tau kalau tweetku berhastag itu ditujukan ke kamu. Tak mau!

@kamu dimana? -discard
@kamu udah bangun beluuuum? -discard
@kamu hari ini gentayangan kemana? -discard
@kamu berhentilah berputar-putar di pikiranku. Memenuhi hatiku. -discard
@kamu berhentilah merindu mantanmu. -discard
@kamu berhentilah menghubungi mantanmu. Aku cemburu! -discard
@kamu aku merindu. -discard
@kamu aku masih bisa mencium aroma tubuhmu. Rindu! -discard
@kamu AKU CEMBURU! -discard
@kamu semalem aku mimpiin kamu, kita. Indaaah skaliii. -discard
@kamu ♡ -discard

dll.. dll.. dll..

Kadang ada sih yg tetap disend. Walau tak dimention.

Yayayayaa...

Dan sesungguhnya tweet terjujur adalah tweet yang didiscard. Kurasa itu benar.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Parfum

Ada cerita di setiap aroma parfum yang kusemprot.


Aku bukan penggila berbagai merk parfum terkemuka, ataupun adiktif terhadap satu merk parfum. Ada lah beberapa koleksi parfum refillan yang bisa dihitung jari.


Aromanya bermacam-macam. Walau menurut temanku tetap ada ciri khas seleraku di semuanya. 


Seperti yang kuberitahu tadi, setiap aroma ada cerita yang pasti terasa ketika terhirup. Misalnya, Armani for Men ini yang baru saja kusemprot. Pikiranku langsung terlempar ke sebuah penginapan kecil di pangandaran. Ada apa? Ah nanti kapan-kapan aja aku ceritanya ya, kalau mau. :p
Ada juga Simple Beauty. Parfum yang kubeli di counter CF PVJ langsung mengingatkanku kepada seorang mantan pacar dahulu. Jujur saja, aku belum mau memakainya lagi hingga saat ini. Karena pernah kupakai saat hendak ke undangan dan moodku langsung drop se-drop-dropnya drop. Nah!
Atau Fantasy-nya Britney. Parfum manis yang sahabatku bilang rasa coklat. Jilat nih jilat sekalian!:p
Ada juga Blueberry yang sama persis dengan aroma selai blueberry. Juga sama dengan essence blueberry yang menjadi salah satu campuran bahan dalam membuat cendo berry. Bahkan manager dan teman-temanku menyebutku sebagai representasi cendo berry kalau sedang memakainya.


Dan aroma lainnya... yang mungkin nanti kuceritakan lagi :)


Ini ceritaku. Apa ceritamu?



Istriku Ada Lima


Hubunganku dengan Siska putus-nyambung. Senakal apapun aku, dia pasti mau menerimaku kembali. Pernah aku selingkuh dengan Gita, sahabatnya tapi akhirnya dia mau menerimaku kembali. Memasuki tahun kelima, kami –atau aku- sudah merasa sangat jenuh dengan hubungan ini. Hubungan kami menggantung.

Aku bertemu dengan Ratna, gadis cantik, adik dari sahabatku Bintang.  Dengan perawakan mungil, rambut terikat rapi lengkap dengan poni di atas alis, sungguh dia imut sekali. Aku sangat menyukainya. Aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Kuungkapkan keseriusanku pada Bintang, karena kutahu dia takkan membiarkan adiknya kupermainkan begitu saja. Dua bulan kemudian aku menikahinya.

Banyak yang mengira aku menikah karena Ratna keburu hamil, tentu saja tidak. Mana berani aku menghamilinya di luar nikah, bisa dibuat cacat seumur hidup oleh kakaknya. Siska datang seorang diri ke pernikahanku, padahal bisa saja dia membawa pasangan, banyak pria yang mengantre ingin menggantikan posisiku. Ah andai saja dia membawa seorang teman prianya, aku akan merasa jauh lebih baik.

Seminggu kemudian aku dan Siska makan siang bersama. Tidak banyak yang kata yang keluar dari mulut kami. Kulihat betapa kesedihan sangat tampak di matanya, walaupun dia sudah berusaha menutupinya. Aku tahu, aku sudah sangat menyakitinya. Dia masih sempat membetulkan kerah kemejaku ketika kami akan beranjak pulang. Kupandangi dia, dia hanya tersenyum.

Entah terbuat dari apa hati Siska, dia masih selalu ada untukku. Ratna yang manja, lucu, manis dan menyenangkan. Aku senang memanjakannya, terlebih karena aku juga masih membiarkan dia meneruskan sarjananya. Tapi aku masih ingin juga dimanja, seperti yang selalu dilakukan Siska. Setelah pertemuan siang itu kami jadi sering bertemu lagi. Jauh di lubuk hatiku, aku masih sangat menyayanginya, masih membutuhkannya, begitupun dia. Sampai kutanyakan satu hal padanya. Gimana menurut kamu tentang poligami? Dia hanya menjawab, aku hanya ingin menikah dengan pria yang kucintai. Sebulan kemudian kami menikah.

Dengan dua istri yang kucintai dan mencintaiku, hidupku sangat menyenangkan. Hanya saja, kesenanganku sedikit terusik dengan kehadiran partner kerja baruku. Sinta. Wanita mandiri lulusan Harvard ini mulai mencuri semua attensi atasanku. Mereka bilang: Pekerjaannya selalu sempurna. Otaknya brilian. Tapi sikapnya sangat angkuh –menurutku-tidak menurut atasanku-. Jadilah kami sering bersitegang di ruang rapat, kubikle, bahkan di pantry ketika membuat kopi, sungguh dia sangat egois.

Bulan ini kami akan mengerjakan project baru, aku dan dia sudah mempersiapkan semua bahan untuk presentasi di depan calon klien kami. Biasanya akulah yang akan presentasi, tapi karena aku sedang kurang fit jadi tugasku kualihkan padanya. Kuperhatikan caranya presentasi, cara dia menjawab, cara dia menguasai pembahasan. Baiklah kuakui, dia memang pintar.

Tanpa hambatan berarti, project kami goal. Aku dan beberapa rekan kerja merayakannya di sebuah lounge. Sinta menghampiri mejaku, cheers partner! Serunya seraya mengangkat liqueur. Akhirnya kami duduk satu table, tak kusangka ternyata dia cukup friendly di luar jam kerja. Kami mengobrol tentang banyak hal.  Jika sahabatku, Army pernah bilang kalau smart is new look of sexy kurasa benar. Sinta terlihat seksi dengan kepintarannya. Wawasannya sangat luas.

Aku baru tahu kalo ternyata dia sedang ditekan oleh keluarganya untuk segera menikah. Di usia yang cukup matang, materi berlimpah, karier yang menjanjikan tentu saja tinggal pernikahanlah yang mereka tunggu. Tapi setelah pertunangannya gagal dua tahun lalu sepertinya dia benar-benar mengenyampingkan urusan asmara.

Entah bagaimana prosesnya, setahun kemudian aku melamar Sinta kepada orangtuanya. Hari baik segera ditentukan, bulan depan kami menikah.

Yup, sekarang inilah aku, dengan tiga istri. Siska sedang hamil tiga bulan. Ratna baru memasuki  semester lima perkuliahan. Sinta sedang ditawari sebuah perusahaan asing untuk posisi eksekutif.

Suatu hari aku sedang mencari cemilan di sebuah swalayan 24 jam, kuambil snack favoritku. Seorang bocah tiba-tiba mencolek tanganku, meminta tolong diambilkan Pocky Banana seperti yang kupegangKucoba tawarkan rasa lain, dia menggeleng. “Mau yang banana om!” Kucoba lagi dengan rasa lain, dia tetap menggeleng, sedikit berteriak dia menegaskan bahwa dia hanya mau yang banana. Dengan berat hati kuberikan padanya, padahal stocknya tinggal satu. Seorang wanita menghampiri kami, sepertinya ibu bocah itu.

“Kenapa nak?” tanyanya.
“Aku pengen yang banana, omnya ga mau kasih. Disitunya udah abis.” Jawab si bocah.
“Eh kamu jangan gitu, itu pockynya punya om, ayo kembaliin.” Tegur sang ibu. Si bocah menggeleng, seperti hendak menangis. Aku jadi tidak tega. "Kamu tuh sama persis bapakmu.  Cuma doyan pocky banana!" dumelnya lagi.
“Ga papa ko bu, saya bisa ambil rasa lain.” Seruku.
“Aduh maaf ya mas, jadi…” kalimatnya terputus. Kami saling berpandangan.
“Gita?” Tanyaku.

Aku mengantarnya pulang, sedikit memaksa karena dia bersikeras tak mau diantar. Tapi akhirnya dia setuju juga karena hujan tak kunjung reda, dia tidak tega kalau Gilang, putranya, harus hujan-hujanan.

“Gilang umurnya berapa?” Tanyaku.
“Tiga setengah om.” Jawabnya sambil mengemut Pocky.
“Tiga setengah? Berarti kamu nikah pas kita kuliah dong?” Tanyaku pada Gita. Dia hanya mengangguk. “Sama siapa?” sambungku.
“Berhenti disini aja, aku masuk gang situ. Thanks ya! Salam buat Siska.” Jawabnya seraya membuka pintu mobilku.

Agak aneh dengan sikap Gita, kuceritakan pertemuan kami pada Siska. Siska juga tak kalah bingung, dia sama sekali tidak tahu kalau Gita sudah menikah dan punya anak. Seminggu kemudian aku mendapat kabar sangat mengejutkan. Gita tidak pernah menikah, dan Gilang adalah anakku. Siska mengucapkannya sangat jelas. Ya, Siska yang mencari tahu mengenai Gita. Dan yang lebih mengejutkan, Siska memintaku untuk menikahi Gita. “Aku gak bisa bayangin untuk besarin anak sendirian, kamu harus tanggung jawab.” Pintanya.Aku menikahi Gita, demi masa depan Gilang. Karena sampai saat ini dia belum punya akta lahir, padahal sebentar lagi dia masuk sekolah.

Dengan istri empat, kuakui harus mempunyai pemasukan lebih. Walaupun sebenarnya kami tidak kekurangan, tapi aku harus bertanggungjawab untuk membahagiakan mereka. Aku mencoba memulai bisnis dengan temanku Denny. Syukurlah, bisnis kami berjalan cukup lancar. Bahkan di tahun kedua aku berniat untuk mengembangkan usahaku. Tapi kami butuh modal yang cukup besar. Dia mengenalkanku pada seorang pengusaha sukses, Lena. Janda kaya yang bisnisnya dimana-mana. Putrinya masih kuliah di San Fransisco. Dia tinggal sendiri di Indonesia.

Ternyata perkenalan kami tidak hanya membuahkan bisnis yang menguntungkan, ada timbul benih cinta seiring seringnya kami pergi keliling Indonesia berdua. Akupun menikahinya.

Istriku ada lima, macam-macam sifatnya. Ada yang manja, sabar, mandiri, tegar, ambisius, tapi satu hal. Mereka mencintaiku dan aku juga mencintainya.