Minggu, 09 Oktober 2011

Kala Hujan

Imlek belum datang, tapi musim penghujan sudah sejak awal bulan lalu mengguyur kotaku. Dari kecil aku suka hujan, sekarang lebih suka hujan. Hujan itu romantis, walau menurut pacarku, aku bukan pria romantis.


Waktu kecil aku sering bermain bola ketika hujan, bersepeda ketika hujan, main perang-perangan ketika hujan. Kami tidak akan berhenti sampai ibuku berteriak memanggil kami. Kunikmati ketika keringat bercampur lumpur serta air hujan yang tak sengaja menempel di lidah, rasanya asin, mungkin karena tercampur sesuatu dari hidungku juga, hehe. Biasanya ibuku akan memelukku semalaman ketika badanku demam karena kehujanan. Aku suka sekali dipeluk ibu, mungkin itu sebabnya aku tak berhenti main di kala hujan.


Ketika SMA aku juga suka hujan. Aku suka ketika teman-teman perempuanku berlarian di bawah hujan. Seragamnya jadi jadi basah, aku bisa menerawang apa yang di tutupinya. Hahaha. Apalagi kalau si Mita yang hujan-hujanan, hmmm aku dan Bani tidak akan beranjak dari tempat nongkrong kami.


Aku makin suka hujan ketika berpacaran dengan Tia pacarku sekarang. Dia sangat suka hujan, dia suka dengan bau air hujan bercampur dengan tanah. Bau yang khas, sangat Indonesia, karena menurutnya di Perancis tidak ada bau seperti itu. Dia memang sempat beberapa tahun tinggal di Perancis. Dia teman SMAku, Tia temannya Mita, mereka dulu paling suka hujan-hujanan. Mungkin itu salah satunya aku suka melihat Mita hujan-hujanan, karena Tia juga pasti ikut hujan-hujanan.


Minggu kemarin Tia minta diantar ke mall. Dia membeli lima jaket. Hijau, biru, pink, merah dan hitam.


Aku: "Sayang, kamu beli jaket warna-warni gitu sih?"


Tia: "Kan biar matching Say, kalau aku lagi pake baju ijo jaketnya yang ini, biru pake yang ini, pink yang ini.."


Aku: "Ya ampun, dasar miss matching..jaket aja mesti seragam.."


Ya dia memang begitu, kalau pake baju hijau, tas juga mesti hijau. Kalau pake baju coklat, sepatu juga mesti coklat. Pake baju merah dalemannya juga merah, #eh kok aku bisa tahu ya :p


Ketika hujan Tia malah gak mau bawa mobil, dia lebih senang numpang motorku. Lebih romantis katanya, dia senang-senang aja walau malam harinya dia akan demam, karena aku yang harus menemaninya semalaman. Aku juga sebenarnya suka sih, hehe.


Pernah suatu kali di saat hujan, kami bertengkar hebat, Tia sampai tidak mau memakai jas hujan, dia ingin turun, tapi aku tidak mau menurunkannya karena sudah malam dan tidak ada taxi atau angkot saat itu. Setelah dia mengancam akan loncat, aku terpaksa berhenti, kami saling berteriak di bawah hujan, saling menyalahkan satu sama lain. Untung gak lama ada angkot berhenti. Kulihat Tia menangis ketika naik angkot. Penumpang lain langsung memberikan pandangan kasihan terhadapnya. Aku masih marah, tapi tetap kuikuti sampai rumahnya.


Saat musim hujan dua tahun lalu rumahku sempat kebanjiran, semua barang-barang elektronik dijejalkan di kamarku yang berada di lantai atas. Aku sempat masuk teve ketika nongkrong di atas genteng. Teman-teman langsung meneleponku. Dan tidak ada satupun dari mereka yang mengucapkan prihatin atas rumahku, semuanya mengatakan kalau aku hebat bisa masuk teve, sayang, rambutku sedang acak-acakan jadi agak kurang kameraface. -__-!!


Aku juga pernah mendorong mobil Tia ketika tiba-tiba sedan buatan eropanya itu mogok. Di bawah hujan deras jam satu siang aku mendorong mobilnya ke bengkel sekitar lima kilometer. Di balik kemudi dia senyum-senyum sambil makan roti buatan ibuku. "Ayo terus dorong bang!" aku hanya tersenyum kecut.


Aku ingat kami pernah menari di bawah hujan, di depan kampusku -calon-kampusku-saat-itu- ketika namaku tercantum sebagai mahasiswa baru disana. Seperti dua bocah, seperti adegan film india, kami menari dan loncat-loncat di parkiran kampusku, di bawah hujan.


Suatu kali, pernah kami naik becak di bulan puasa, kami disuruh ibu untuk mencari kolak. Karena hujan, ibuku melarang memakai motor, akhirnya kami berkeliling komplek naik becak di bawah hujan, di dalam becak yang tertutup plastik, kami saling berpegangan, dia menyandarkan kepalanya ke bahuku, di belokan komplek dia menadahkan kepalanya berniat membisiki sesuatu, tapi hidungnya tak sengaja menyentuh bibirku, lalu kami hehe kami pun batal duluan..Maafkan kami bu, maafkan kami Tuhan..


Ah banyak sekali hal terjadi ketika hujan. Senang, sedih, konyol.. Kira-kira apalagi hal-hal yang terjadi hujan kali ini ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar