Sabtu, 01 Oktober 2011

I didn't kiss your boyfriend, I told his lips a secret

“Dimana sih? Udah jam empat tau. Aku udah keluar!”

“Iya, sebentar sayang, aku lagi di jalan, lima menit lagi nyampe ya.” Masih terdengar sedikit teriakan dari ujung telepon, dengan sabar Anang mengiyakan, “iya, aku ngebut kok ini.” Klik, telepon ditutup.

Sebuah motor menyalip mobilnya, “Brengsek!” semua caci maki keluar disertai suara klakson yang panjang.

Fyuh, Anang menghela napas panjang. Sudah seharian dia mengelilingi kota menemui klien-kliennya. Seperti tak cukup sibuk, menjemput Yanti setiap sore harus tetap dilaksanakan. Tidak boleh telat. Kalau tidak ya begini, sang kekasih akan ngambek.

Setelah makan malam di sebuah restoran cepat saji, Anang segera mengantar Yanti pulang. Dia masih harus menyelesaikan presentasi esok.
**

“Jemputnya pagi banget sih, masuknya kan masih satu jam lagi.”

“Aku ada presentasi pagi ini.”

“Gak tau, pokoknya aku mau berangkatnya kaya biasa, aku ga mau pagi-pagi udah nongkrong di kantor!”

“Sayang, jam delapan ini aku udah harus ketemu kepala cabang.”

“Terserah!” ujar Yanti sambil mengikuti Anang menuju mobil.

Setelah mengantar Yanti bekerja, Anang segera melaju ke kantornya. Dia masih harus memberikan finishing touch pada presentasinya.
**

Para peserta rapat memberikan tepuk tangan, Kepala Cabang nampak puas dengan hasil presentasi yang diberikannya.

“Bagus Nang, kalo kaya gini terus posisi kita akan save sampai akhir tahun.”

“Terima kasih Pak, mudah-mudahan saja semuanya dapat berjalan sesuai plan kita.”

“Oya, ini sekalian saya kenalin kamu sama staff baru.”

Seorang wanita berambut sebahu dengan senyum manis menghampiri, “Vivi.” Katanya sambil mengulurkan tangan. “Anang” jawab Anang seraya membalas uluran tangan Vivi. Waw smells good, ujar Anang dalam hati.
**

“Sayang, kamu tu nyebelin tau ga?!”

“Maaf sayang, tapi aku emang masih ada meeting.”

“Lagi meeting koq bisa angkat telepon?!”

“Ntar kalo ga diangkat kamu marah lagi. Udah dulu ya, aku mesti masuk lagi, ga enak kelamaan di luar. Aku janji besok aku jemput kamu  ya.”

“Kamu tuh janji-janji mulu dari kemaren tapi ga pernah ditepatin!” Klik, telepon segera diputus.

Huft, Anang menghela napas, Vivi tersenyum pura-pura tak mendengar percakapan mereka. “Apa kamu senyum-senyum?” ujar Anang.

“Gak papa. Hehe, Kenapa, pacar kamu ngambek ya?”  Tanya Vivi.

“Biasa..”

“Lagi meeting?” goda Vivi. Anang hanya tersenyum.

Vivi tersenyum lagi seraya menambah sambal di baksonya.

“Ya ampun, nambah lagi sambelnya?”

“Enak tau.”

“Ayo, berani gak abisin sambel ini semua?” kata Anang sambil mengangkat mangkuk sambal yang tinggal seperempatnya.

“Hmm, nantangin gue?” Tanya Vivi, Anang mengangguk. “Gue suka sekali menerima tantangan.” Katanya lagi sambil mengambil mangkuk sambal dari tangan Anang. “Mau kasih apa kalo gue bisa ngabisin sambal ini?”

“Apa aja terserah kamu.”

“Kalau antar-jemput selama  dua minggu?”

“Wah lama amat, seminggu aja gimana?”
**

Tantangan sambal itu ternyata dimenangkan oleh Vivi. Sesuai janjinya, setiap hari selama seminggu Anang memberikan layanan antar-jemput untuk Vivi.

“Wah, gak kerasa udah hari terakhir perjanjian nih.”

“Iya, gimana masih mau diterusin gak perjanjiannya?”

“Hmmm gimana ya, gue sih seneng-seneng aja kalau diterusin.”

“Oke, kalau gitu besok gue jemput lagi ya.”

“Eh, emangnya cewek lo gak ngambek apa, lo anter-jemput gue terus?”

“Nyantei aja..”
**

Yanti tentu saja semakin kelabakan, Anang makin jarang menjemputnya. Paling hanya Sabtu-Minggu saja Yanti bisa bertemu Anang. Dia mulai mencium gelagat aneh dari sikap Anang.  Pernah sekali waktu Yanti mendatangi kantor Anang. Untunglah saat itu Anang memang sedang meeting dengan rekan-rekannya. Bahkan ia dikenalkan dengan Vivi, rekan baru Anang.

Sampai suatu hari sepulang kerja lagi-lagi Anang tidak bisa menjemputnya. Yanti bersama teman-temannya memutuskan untuk menonton film di sebuah mall. Seusai menonton ia memutuskan untuk segera ppulang, dia merasa tak enak hati sedari tadi. Sesampainya di basement alangkah kagetnya ia melihat Anang sedang berjalan mesra dengan seorang perempuan menuju mobil. Yanti segera menghampirinya.

Bagai disambar petir ia menyaksikan kekasihnya mencium wanita lain. “Brengsek!!!” teriak Yanti. Kontan Anang terkejut mendapati suara Yanti.

“Sa..sayang..” katanya terbata-bata.

“Brengsek kamu, dasar buaya! Bilangnya lagi meeting, taunya jalan sama cewek lain!”

“M..maaf..bukan gitu sayang.”

“Maaf! Maaf dengkulmu itu!! Kamu lagi dasar cewek murahan. Gua udah curiga ya dari pertama kita ketemu.” Plak, sebuah tamparan mendarat di pipi Vivi.

“Aw!” Vivi berteriak kesakitan.

“Yanti, kamu apa-apaan sih?”
….

**
Keesokan harinya, Yanti mendapati sebuah bouquet bunga di atas meja kerjanya. “Ah pasti dari Anang.” Ujarnya dalam hati. Ada sebuah amplop diselipkan. Yanti membukanya. “I didn’t kiss your boyfriend, I told his lips a secret.”

“Brengsekkkkk!!!!!”
*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar