Jumat, 22 Agustus 2014

terlatih patah hati

tenang saja sayang, kali ini tidak akan terlalu sakit
bukankah ini untuk kesekian kalinya dia mematahkan hatimu?

oh, kali ini dia memporak-porandakan hatimu ya?

aduh bagaimana dong?

tetap bisa bangkit lagi kan kali ini?

                              ..........

ayolah, aku bisa melihat sedikit senyum yang bisa kamu tunjukkan kepada mereka
aku tak suka melihatmu seperti mayat hidup seperti itu

kamu tunjukkan kalau kamu perempuan hebat
perempuan kuat

oh, jadi kali ini kamu ingin dia menyadari kalau kamu sakit dengan kondisi seperti ini
ya salah kamu juga sih kenapa selama ini kamu bersikap seolah tidak apa-apa

aduh, maaf
bukannya aku jadi menyalahkan kamu

                              ..........

mendingan kamu menulis lagi
bukankah kamu produktif ketika patah hati?
aku suka sekali tulisan-tulisan patah hatimu

                            ..........

hei, bukankah kamu sudah terlatih patah hati?

Rabu, 06 Agustus 2014

#tbt Trip Gua Hiro

Sedari malam, pembimbing utama mengingatkan saya untuk istirahat lebih awal. “Kita berangkat jam empat pagi!”.

Rencananya di hari terakhir ini kami akan hiking ke Gua Hiro. Jangan bayangkan Gua Hiro seperti gua yang kita tahu selama ini, berbentuk terowongan panjang dan gelap gulita. Gua hiro hanyalah berbentuk tumpukan batu-batu besar yang berada di puncak Jabal Nur. Makanya tadi saya bilang kalo kami ini akan hiking di Gua Hiro. Dua ribu lima ratus feet. Silakan konversikan ke satuan yang lebih kamu pahami. Yang pasti itu adalah gunung tertinggi yang saya daki.

hiking subuh-subuh masih gelap, belum tau kalo gunungnya setinggi ini

Shalat Shubuh dilaksanakan di kaki gunung. Masjid kecil yang kurang terawat dan tidak ada air. Untunglah pembimbing sudah mengingatkan kami untuk berwudhu di hotel sebelum berangkat.

Sesuai jadwal pakaian yang saya buat, -iya saya bikin jadwal pakaian selama 11 hari perjalanan di Tanah Suci hari itu jadwal saya memakai celana hareem dan kaos oblong. Cocok untuk beraktivitas di luar. Yang saya luput adalah alas kaki yang dipakai, saya memakai sandal jepit dan kaos kaki seperti kebiasaan selama umrah. Hasilnya? Saya terseok-seok di jalanan berbatu karena kaos kaki dan sandal jepit bukan padanan yang pas. Licin cyn. Akhirnnya saya lepas kaos kakinya dan mulai menapaki titian batu sampai ke puncak.

Tas punggung yang berisi makanan, dompet, gadget saya lempar ke teman serombongan. Bawa diri sendiri aja gak kuat, apalagi harus bawa beban tambahan. Pengalaman naik turun 5 lantai hotel ketika di Madinah lumayan menjadi latihan. Bukan, bukan karena hotel di Madinah tidak ada lift tapi lift selalu penuh dan saya gak tega hati kalo harus berebut dengan sepuh-sepuh. Setelah berkali-kali ngangis dan muntah saking capeknya, akhirnya saya sampai di puncak Jabal Nur.

sendal jepit yang bawa saya ke puncak Jabal Nur

Subhanallah. Bangga, haru dan entahlah campur aduk rasanya bisa sampai ke puncak. Fajar baru terbit, dan itu adalah salah satu momen terbaik yang pernah saya dapatkan.

KECE BERAT KAAN?

Setelah istirahat dan memakan bekal, pembimbing mengajak kami sedikit turun ke sisi lain gunung untuk masuk ke Gua Hiro. Tidak terlalu jauh namun cukup curam. Ada sebuah batu yang ‘menghalangi’ jalan masuk. Secara logika susah untuk kami melewatinya tapi… TARRAAA! Kami semua bisa melewatinya tanpa kendala berarti. Tapi kemudian saya berpikir dan membayangkan bagaimana jaman dahulu Nabi SAW harus mendaki dan melewati batu-batu seperti ini yang mungkin jaman dahulu medannya lebih berat. Plus dikejar kaum kafir pula. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad.
udah ngantre lama untuk foto di tempat Rasul menerima wahyu ehh blur aja gitu..