Minggu, 10 Februari 2013

Sampai Kapan Teteh Melarikan Diri?

Mau sampai kapan Teteh melarikan diri?

Apa tidak capek?
Kenapa jadi sepenakut itu?
Kemana keberanian yang dulu ada?

Teteh seperti lari dari bayangan sendiri
Hanya akan berhenti ketika gelap

Apa Teteh tidak bosan dalam gulita?

Dunia tidak sepekat yang Teteh bayangkan
Percayalah




Selasa, 05 Februari 2013

Undangan Secangkir Kopi


Ada kalanya ego ini membuncah.

Aku menepis semua surat-surat kita. Duduk terdiam di pojok kamar lalu memaki 277 km yang ada.

Aku tahu hal itu takkan memangkas jarak kita. Tapi saat-saat seperti ini sungguh menyiksaku.

Bintang dan bulan sudah muak mendengar kisahku. Hujan yang biasanya ramah kini dengan kasar mencabik pikiranku.

Kenapa sejenak tak kita lepaskan semua ikatan dengan orang-orang itu lalu kita duduk bersama, menikmati secangkir kopi, berbicara tentang apapun hingga akhirnya kembali kepada realitas dan bergulat dengan kesibukan-kesibukan lagi?


Rindu,

Aku

Mamam Lacun


Dear Penina,

Gosh, gue ketawa pas nulis nama Penina…
Pembicaraan kita tadi malam membuat gue sedikit berpikir dan menganalisa. Analisanya tentu saja analisa suka-suka. Teori Kumaha Aing. Jadi gak perlu diperdebatkan. Oh, yeah my ego is sooo big. Hahaha!

Gue baru menyadari kesamaan di antara kita. Susah move on. Yeah, telen ya. Sudah nyoba berbagai cara, ujung-ujungnya galau karena orang yang itu-itu juga.

Putusnya ama siapa, galaunya ama siapa. Ups!

Cara kita menghadapinya pun hampir sama. Lo sering biang kalau gue selalu denial atas apa yang terjadi. Tapi kadang, denial is the right way to move on. *Kalee*.

Tapi kadang Dia menjahili kita. Sudah susah-susah ngehindar, eh malah dipertemukan. Ya gak? Iya dong. Hahahaha!

Sudah ngebuang semua lagu yang ngingetin dia dari playlist, eh tiba-tiba masuk toko malah nyetel lagu itu. Pait bet pait.

Gak, gue gak bilang kita ini cewek lemah, yang gak mampu menghadapi kenyataan, karena gue rasa menghindari jauh lebih baik dari pada bertemu lalu hancur kembali. J


Selamat mamam lacun dear,

Love,

Na9a

Jumat, 01 Februari 2013

Tak Pernah Padam


Pada cinta yang tak pernah padam

Untuk setiap sumbu yang selalu terlumuri rindu. Pernahkan kamu mempertanyakan mengenai hal ini? Atau membiarkan segalanya tanpa perlu sebuah alasan?

Terkadang angin bertiup agak kencang, menggoyangkan rasa.
Terkadang ia mampu sedikit meredupkan.
Kukatakan: Hanya meredup, tak pernah padam.

Butuh lebih dari sekadar hembusan untuk mematikannya.
Dan aku belum menyerah untuknya.



Bandung, 2 Februari 2013