Minggu, 02 September 2012

sacrificar

Kalau ada cerita tentang seorang pecinta yang rela mati untuk kekasihnya, itulah aku.

Aku jatuh cinta padanya. Sejak pertama kali berjumpa di tahun ajaran baru.

Dia gadis mungil pindahan dari sekolah lain. Rumor yang beredar ia tinggal kelas. Karena orang tuanya malu maka ia mengulang kelas duanya di sekolah ini.

Tak sulit untuknya bisa bergabung dengan genk popular di SMA ini. Wajahnya imut, rambutnya terkucir kuda dengan poni rata sebatas alisnya. Hidungnya mancung, bibirnya mungil, pipinya tirus.

Aku suka melihatnya tergelak. Memamerkan gigi kelincinya sambil menenggak soda berwarna merah langsung dari botolnya.

Dia suka berkumpul dengan teman-temannya di warung ini. Kios kecil yang menyediakan cemilan ringan, tempatnya di belakang bangunan sekolah.

Terhalang oleh dua rumah gedong. Tak heran kalau memang sudah seperti basecamp anak-anak yang bolos sekolah. Termasuk dia.
Kudengar selintas kalau dia berasal dari keluarga broken home. Kini ia tinggal bersama ibu dan ayah tirinya.

Sesekali kulihat ia dijemput oleh seorang pria yang belakangan kuketahui pacarnya. Atau mantan pacarnya. Karena statusnya masih belum jelas hingga saat ini. Dilihat dari seragamnya, pria itu bersekolah di SMAnya dahulu.

Badannya tinggi, hidungnya mancung, alisnya tebal selalu menggunakan motor sport keluaran terbaru.
Sebal sekali aku melihat gadisku memeluk pria itu tiap kali dibonceng.

Siang itu kulihat gadisku berjalan sempoyongan menuju warung. Dia mengelus lututnya yang berdarah, rupanya dia terjatuh ketika melompati pagar sekolah.

"Sial...! Sial banget gue. Kampret. Taik."
"Kenapa Neng?"
"Sakit Bang! Sakit!"
"Lututnya? Ini pake obat merah."
"Ah ini mah ga seberapa, di sini yang sakit Bang. Jauh lebih sakit!"
"Loh emang tadi pas jatoh, dadanya kena juga?"
"Yang ini bukan karena jatuh dari pagar. Tapi karena jatuh cinta!"
"..."
"Dia pergi gitu aja setelah ngambil semuanya dari gue Bang!"
Seketika dia menangis tersedu-sedu.

Ah, tak tega rasanya aku melihat dia seperti itu. Apa yang bisa kulakukan untuknya?

"Bang, minta yang menthol!"
"Biasanya ga pernah ngerokok Neng."
"Bodo! Gue mau ngerokok sekarang."

Aku pun memberanikan diri, menyerahkan seutuh ragaku untuknya. Kubiarkan ia menyulutku dengan lighter murahan itu. Kupasrahkan jiwa ketika ia menghisapku. Akan kulakukan apapun untukmu gadisku.

Aku masuk dalam mulutnya, menguasai peparunya lalu terbang menjadi asap.

Kalau ada cerita tentang seorang pecinta yang rela mati untuk kekasihnya, itulah aku.

Sebatang rokok berbalut kertas putih, berfilter dengan aroma menthol. Yang jatuh cinta pada seorang gadis mungil anak pindahan baru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar