“Jadi gimana Sya?”
“Apanya yang gimana?”
“Lo mau dateng ke nikahan Omar?”
“Insya Allah.” Aku tersenyum.
Mudah-mudahan jawaban itu membuat temanku ini bisa berhenti mengusikku.
Pembahasan mengenai pernikahan Omar seperti tak kunjung
usai. Tasya diundang gak, Tasya mau hadir gak, Tasya mau datang sama siapa,
Tasya mau pake baju apa. Dan yang terakhir pertanyaan dari seorang Kabag: Tasya
sakit hati gak. Menurut Anda?
Kusambar tumbler di meja lalu berjalan menuju pantry,
mungkin segelas kopi bisa sedikit menghilangkan penat. Jamal, office boy
tersenyum dan tanpa berkomentar segera menyeduh cappuccino untukku. Samar terdengar dari winamp kubikel manajerku.
I heard that you’re
settled down
That you found a girl
and you married now
I heard that your
dreams came true
Guess she gave you
things I didn’t give to you
Minggu kemarin seorang rekan kerja mengabari kalau Omar akan
menikah. Akhir minggu ini.
Omar adalah mantan suamiku. Kami menikah sekitar satu
setengah tahun. Kami bekerja di perusahaan yang sama, aku di lantai delapan,
dia di lantai sebelas. Tujuh bulan yang lalu kami bercerai.
Hubungan kami masih cukup baik. Ada satu kalimat di novel Perahu Kertas yang
membekas, “Semua kembali normal. Selama mereka tidak lagi menyentuh urusan hati
mereka yang paling dalam semua baik-baik saja.” Seperti itu kurasa hubungan
kami. Agak janggal memang, tapi kami memutuskan bahwa percaraian adalah
keputusan terbaik bagi kedua belah pihak. Biarpun masih canggung tapi atas nama
profesionalitas kami berusaha bersikap senormal mungkin.
Old friend why are you
so shy
Ain’t like you to hold
back or hide from the light
Aku menyesap dalam-dalam kopi ini. Tersenyum pahit mengingat
pertanyaan-pertanyaan teman kantor. Mau dateng gak? Aku terkekeh, diundang saja
tidak. Sampai saat ini Omar belum mengabariku, sudah hampir tiga minggu kami
tidak berkomunikasi. Bahkan hal-hal mengenai pekerjaan disampaikan melalui
orang lain. Dia tidak pernah menghubungiku.
I hate to turn up out
of the blue, uninvited
But I couldn’t stay
away, I couldn’t fight it
I had hoped you’d see
my face and that you’d be reminded
That for me, it isn’t
over
Buliran hangat mengalir di kedua pipi. Aku masih
mencintainya. Dan karena aku sangat mencintainya, maka aku melepaskannya. Aku
ingin dia bahagia. Dan aku juga akan mendapat kebahagiaanku sendiri.
Never mind I”ll find
someone like you
I wish nothing but the
best for you ,too
Don’t forget me, I
begged, I remember you said
Sometimes it lasts in
love, but sometimes it hurts instead
Ini memang bagian tersulit. Benar-benar
melepaskanmu. Tapi iya, aku akan mencari kebahagiaanku sendiri. Semoga istrimu
kelak dapat memberikanmu keturunan. Dan kita akan sama-sama bahagia, dengan
cara masing-masing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar