Selasa, 11 September 2012

hardest part


“Jadi gimana Sya?”
“Apanya yang gimana?”
“Lo mau dateng ke nikahan Omar?”
“Insya Allah.”  Aku tersenyum. Mudah-mudahan jawaban itu membuat temanku ini bisa berhenti mengusikku.

Pembahasan mengenai pernikahan Omar seperti tak kunjung usai. Tasya diundang gak, Tasya mau hadir gak, Tasya mau datang sama siapa, Tasya mau pake baju apa. Dan yang terakhir pertanyaan dari seorang Kabag: Tasya sakit hati gak. Menurut Anda?

Kusambar tumbler di meja lalu berjalan menuju pantry, mungkin segelas kopi bisa sedikit menghilangkan penat. Jamal, office boy tersenyum dan tanpa berkomentar segera menyeduh cappuccino untukku. Samar terdengar dari winamp kubikel manajerku.

I heard that you’re settled down
That you found a girl and you married now
I heard that your dreams came true
Guess she gave you things I didn’t give to you

Minggu kemarin seorang rekan kerja mengabari kalau Omar akan menikah. Akhir minggu ini.

Omar adalah mantan suamiku. Kami menikah sekitar satu setengah tahun. Kami bekerja di perusahaan yang sama, aku di lantai delapan, dia di lantai sebelas. Tujuh bulan yang lalu kami bercerai.

Hubungan kami masih cukup baik. Ada satu kalimat di novel Perahu Kertas yang membekas, “Semua kembali normal. Selama mereka tidak lagi menyentuh urusan hati mereka yang paling dalam semua baik-baik saja.” Seperti itu kurasa hubungan kami. Agak janggal memang, tapi kami memutuskan bahwa percaraian adalah keputusan terbaik bagi kedua belah pihak. Biarpun masih canggung tapi atas nama profesionalitas kami berusaha bersikap senormal mungkin.

Old friend why are you so shy
Ain’t like you to hold back or hide from the light

Aku menyesap dalam-dalam kopi ini. Tersenyum pahit mengingat pertanyaan-pertanyaan teman kantor. Mau dateng gak? Aku terkekeh, diundang saja tidak. Sampai saat ini Omar belum mengabariku, sudah hampir tiga minggu kami tidak berkomunikasi. Bahkan hal-hal mengenai pekerjaan disampaikan melalui orang lain. Dia tidak pernah menghubungiku.

I hate to turn up out of the blue, uninvited
But I couldn’t stay away, I couldn’t fight it
I had hoped you’d see my face and that you’d be reminded
That for me, it isn’t over


Buliran hangat mengalir di kedua pipi. Aku masih mencintainya. Dan karena aku sangat mencintainya, maka aku melepaskannya. Aku ingin dia bahagia. Dan aku juga akan mendapat kebahagiaanku sendiri.

Never mind I”ll find someone like you
I wish nothing but the best for you ,too
Don’t forget me, I begged, I remember you said
Sometimes it lasts in love, but sometimes it hurts instead

Ini memang bagian tersulit. Benar-benar melepaskanmu. Tapi iya, aku akan mencari kebahagiaanku sendiri. Semoga istrimu kelak dapat memberikanmu keturunan. Dan kita akan sama-sama bahagia, dengan cara masing-masing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar