Pada sebuah bahu yang dulu begitu hangat
Milik seorang sahabat
Bahu yang dulu menjadi tempatku bersandar
Tanpa perlu kata terjabar
Dimana jemari menelusup ke balik rambut
Lalu diusapnya dengan lembut
Tak hanya menyandarkan kepala
Tapi juga hati dan jiwa
Menahan air mata yang jatuh langsung ke bumi
Kadang terhapus saja di lengan kami
Bahu yang lalu membeku
Begitu dingin menelusup kalbu
Mendorongku menjauh
Lalu bersikap tak acuh
Mengajarkanku berdiri seorang diri
Menapaki tanya dalam misteri
Ketika air mata melawan kuat gravitasi
Waktu berlalu
Bahu yang sama kini sudah mencair
Kebekuan sudah berakhir
Hangat kembali
Seperti dulu lagi
Meski kini bukan aku
yang bersandar disitu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar