Tuhan, aku
serahkan jalanku kepada-Mu. Biarkan serakan hati ini menyublim menjadi zat yang
lebih kuat. Apa yang kau beri, apapun akan kuterima. Ku yakin, Kau punya
rencana besar untukku.
Aku tak pernah berpikir bagaimana
nanti aku bertemu dengan jodohku. Tidak, kejadian ditabrak mobil mewah ketika
nyebrang di jalanan sepi oleh pria
cakep-muda-single-galak-tapi-lama-lama-sayang-dan-posesif atau nyasar di desa
lalu naik delman yang dikusiri pemuda
tampan-bersih-pinter-lucu-yang-ternyata-anak-bangsawan-tapi-lagi-nyamar-jadi-orang-miskin-untuk-dapetin-gadis-tidak-matre
seperti di FTV tidak pernah terlintas di benakku. Akupun tak pernah
mengkondisikan. Tidak seperti salah seorang sahabatku yang sengaja cabut ke Bali agar siapa tahu bisa ketemu Bli yang menyelamatkannya
saat belajar surfing lalu mereka.. ah sudahlah tidak usah dibahas. Hehehe.
Sore itu aku terpaksa berjalan kaki
menyusuri jalanan berbatu miring-miring di sisi kiri Jalan Cihampelas. Tak
kuasa rasanya lidah ini menamakan trotoar. Baru saja aku meraih tiang spanduk
karena hampir terpeleset, suara klakson
motor meneriaki karena kakiku hampir menyenggol bannya. Apa? Kakiku yang
hampir menyenggol bannya? Entahlah, kalimatku meluncur tak keruan, sekacau lalu
lintas sore itu, seruwet pikiranku hari itu.
Aku terpaksa turun dari angkot karena
jalanan macet total, aku harus ke Ciwalk membeli sekotak donat pesanan Ibu yang
akan segera diberikan kepada menantu kesayangannya yang sedang ngidam. Untuk
sekadar info, titah Ibu setara dengan titah Presiden. Harus segera dilaksanakan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Maka, aku yang sedang berleha-leha di
kost temanku di sekitaran Cisitu lalu segera beranjak. Berhubung motor sedang
diservis, jadi aku harus rela ngetem hampir sejam di angkot yang sedang
kutumpangi. Dan menghadapi macet di Cihampelas yang sudah menjadi pemandangan
sehari-hari, tak kuasa aku harus segera turun dan berjibaku di antara lautan
kendaraan. Oke, ini lebay. Tapi biarkanlah drama queen yang satu ini bebas
menyuarakan kekesalannya.
Salahku sendiri sih lupa mengganti
oli, jadi tadi pagi kuserahkan motor kesayanganku itu kepada montir-montir di
bengkel langganan. Runtutan audit internal, eksternal, mengurus ISO membuatku
kewalahan berbulan-bulan ini. Jangankan untuk merawat motor, merawat diri
sendiripun sudah tak sempat.
Potongan rambut yang sudah tak keruan
membuatku harus mencepolnya setiap hari. Kuikat sekenanya, yang penting tidak
terlalu awut-awutan. Beberapa teman mengomentari penampilanku sebagai apresiasi
patah hati setelah ditinggal menikah oleh kekasih hati. Ya begitulah, awal
tahun ini pacarku, maaf, mantan pacarku menikah dengan wanita lain. Saat itu
kami baru putus sekitar tiga bulan. Entah dewa move on mana yang membuatnya secepat itu bisa memutuskan segera
menikah, sementara aku masih dalam suasana kalut dengan asa kembali padanya.
Sudah berpacaran selama dua tahun
tentu saja bukan hal mudah bagiku untuk berpisah dengannya. Bahkan aku sudah
berkhayal akan menikah dengannya akhir tahun ini. Aaakkkkk…. Tidak adil
sungguh! Air mataku bisa langsung mengalir deras jika ingat hal ini. Maka
pekerjaanlah yang menjadi pelarianku. Semua audit dan ISO kulahap dengan rakus.
Ada beberapa
yang mencibir kalau aku sedang mengincar posisi di samping general manager. Peduli setan, terserah mereka bilang apa, aku
hanya ingin mengenyampingkan sakit di hati ini.
Lalu disinilah aku sekarang, bermuram
durja dengan sekotak donat di lengan kanan. Ibu baru saja menelepon kalau donat
pesanannya sudah dibelikan abangku. Kakiku tadi hampir terkilir ketika harus
berjalan dari SMA 2 sampai sini. Ditambah beberapa kali tersenggol motor yang
pengemudinya tak dianugerahi kesabaran.
“Ra, Rara!”
Seseorang memanggilku. Saat kutoleh,
ternyata ada Lisa teman SMP dulu. Di sampingnya seorang pria tampan berkemeja
coklat dengan kacamata frameless.
Cobaan apalagi Tuhan, di saat keadaanku kacau begini aku dipertemukan dengan
sepasang manusia yang begitu sempurna. Lisa adalah sahabatku yang paling
cantik. Semenjak bangku SMP dia sudah menjajal dunia modelling. Dan sekarang nampaknya berpacaran dengan pria super
tampan yang pernah kutemui. Oke, ini lebay. Pria ini sebenarnya termasuk pria
dengan standar ketampanan normal, tinggi sekitar seratus tujuh puluh lebih
dikit, berkulit coklat, berhidung mancung, alis tebal dan mata coklat yang
berbingkai kacamata. Dan satu lagi, dia looks
totally straight. Ngerti kan ?
“Hei Lis, apa kabar? Makin cantik aja
deh.” Kataku tulus. Dia memang makin memesona. Badannya ramping, kulitnya
mulus, rambutnya hitam tergerai dengan sedikit wave di bagian bawahnya. Olesan make
up tersapu tipis, tapi tetap stunning.
“Bisa aja si neng.” Katanya tersenyum ramah.
“Sendirian?” lanjutnya. Eerghh kenapa pertanyaan basa basi kedua tertinggi
versi wanita cantik ini-dan-mungkin-hampir-seratus-juta-rakyat-indonesia adalah
Sendirian atau Ama siapa?!
“Iya, disuruh Ibu beli ini.” Jawabku
sambil memperlihatkan keresek donat.
“Duh emang anak baik lu yaa, apa
kabar Ibu? Sehat? “
“Alhamdulillah sehat Lis.”
“Oiya, kenalin nih Bayu.”
Pria yang dipanggil Bayu menyodorkan
tangannya, senyum tipis dilemparkan kepadaku. Oh tidak, kenapa paham tanaman
tetangga indah rupawan muncul lagi di benakku. Seketika adrenalinku memuncak,
aliran darah terpompa lebih kencang dan sepertinya agak tersendat di otakku.
Tak ada oksigen yang dapat kuhirup. Tatapan pria itu seperti menghunus
jantungku. Tidak, kenapa aku selalu tertarik pada pacar orang?!
Sedikit kubocorkan ya, entah kenapa
pria yang sudah punya pacar selalu mendapat perhatian lebih dariku. Mereka
seperti mempunyai magnet lebih yang bisa menarik pikiranku dan lalu menyumbat
otakku. Begitulah, lalu aku akan jatuh cinta pada mereka. Berkali-kali aku
terjebak dalam cinta segitiga. Kadang aku mengutuki diri sendiri mengapa selalu
ingin bersama pacar orang lain. Tapi aku tak pernah jatuh cinta pada kekasih
temanku. Harap dicatat baik-baik. Sammy, mantan pacar terakhirku, itu loh yang
baru tiga bulan putus dariku lalu menikah dengan perempuan lain, itupun dulunya
pacar orang lain. Maksudnya, ketika pertama kali bertemu sampai PDKT dia masih
berstatus pacar orang. Ketika dia meninggalkanku aku merasa itu karma terbaik
yang kudapat. Dan kini, hati dungu ini kembali merasa klepek-klepek melihat
pacar orang, pacar temanku sendiri. Tidak!!
Setelah melanjutkan basa-basi, Lisa
pamit pulang. Diciumnya kedua pipiku dan tak lupa menyampaikan salam untuk
ibuku.
“Eh Ra ampe lupa, minta pin bb dong.”
“Oh, nih invite gua.” Kataku seraya
menyebutkan delapan digit kombinasi angka dan huruf.
**
Raraaaa…
Iya Lis…. Kenapose?
Aku kasi pin bb kamu yahhh
Ke siapa?
Bayu… masi inget ga?
DEG. Bayu, ya masi inget lah! Pria
yang seminggu ini ada di benakku. Mengisi otakku di sela tumpukan pekerjaan.
Senyumnya terpatri setiap aku hendak memejamkan mata. Acap kali membuatku
merona sampai kemudian senyum Lisa ikut melompat-lompat di antaranya.
Menghancurkan semuanya. Ummm bukan gitu maksudku sih, aku gak bermaksud jahat
pada Lisa, makanya pemikiran tentang si Bayu ini berat-berat kuusir sejauh
mungkin. Ya tapi apa mau dikata, makin kuat kudorong, makin kokoh dia
bertengger di pikiranku.
Oiya, masi inget.
Ngapain pacar kamu minta pin aku?
Pacar?
?
Huahuahahahahhaaaa =)) kamu
ngira Bayu pacar aku??
?
Hahahahahahahhahaa =))
Lisa…..
Sorry.. sorry.. Gak kok, Bayu
bukan pacarku. Dia sahabat aku waktu kuliah…
Ohh… kirain hehe
Jadi gimana nih, boleh kan aku kasi pin kamu?
Hehehe
Apa lu hehe hehe?? Suka juga
yaaaaa…..
Paan sik Lis!
Jie jie….
Tring. Tak lama blackberryku bunyi.
Notifikasi ajakan berteman, di situ tertera nama Bayu Rahmadi. Setengah mati
aku mencoba untuk bernapas normal. Tubuhku mengigil. Entah sudah berapa lama
tubuhku tidak senorak ini. Dengan bibir tergigit kutekan accept. Jantungku berdegup kencang. Entah apa yang harus kulakukan.
Tidak, aku tidak akan memulai percakapan duluan. Biar dia saja yang duluan, toh
dia juga yang meminta pin bb-ku bukan? Jawab iya saja ya sodara-sodara!
Bersamanya aku seperti menemukan Rara
yang dulu. Ceria, bersemangat, ramah pokoknya semua hal-hal positif dariku yang
dulu sempat lenyap terbawa patah hati mendalam setelah ditinggal Sammy. Dulu
kupikir dunia akan berhenti berputar setelah dicampakkan Sammy, tapi rupanya
jalan hidup tak berakhir setragis itu.
Bisakah aku
singgah di hatimu
Berharap
sebentuk tempat yang tulus
Sesuatu yang
kupercaya ada tersimpan di sana
Hampir setahun dekat dengannya, kami
lalu berpacaran. Tak mudah bagiku untuk menerima seorang pria lagi dalam
hidupku. Dia pria yang sungguh menyenangkan. Berada di dekatnya aku merasa aman
tanpa kehilangan rasa nyaman. Keseriusannya akan hubungan kami sudah ditunjukannya
sedari awal. Ia menemui orang tuaku, abangku, juga membawaku menemui
keluarganya. Dia adalah pria terbaik yang pernah kutemui. Dia selalu
mengingatkanku salat, dia rajin berpuasa. Ahhh tidakkah kalian setuju kalau dia
memang dikirim Tuhan untuk membawaku ke jalan kebenaran? Iya iya, jatuh cinta
sering membuat orang jadi lebay bukan? Atau hanya aku saja yang begitu.
Terserahlah, yang pasti hidupku jauh lebih baik setelah bersamanya.
Kami selalu terbahak setiap mengingat
awal pertemuan. Aku menyangka kalau dia pacar Lisa. Padahal saat itu Bayu
sedang menemani Lisa mencarikan kado untuk Ramon kekasih Lisa yang juga sahabat
Bayu.
Aku selalu menyelipkan namanya dalam
setiap percakapanku dengan Tuhan. Bagaimana tidak, setelah kebandelanku selama
ini Tuhan denganmurah hatinya memberiku sosok Bayu. Pria yang membuatku tak
hanya jatuh cinta padanya, tapi juga pada Tuhan. Dia selalu mengingatkanku
bahwa semua ini memang rencana Yang Maha Kuasa.
Pertemuan kami bukanlah suatu
kebetulan. Mulai dari patah hatiku, lalu aku tenggelam dalam rentetan audit dan
tektek bengek pekerjaan yang membuatku lupa menyervis motor, maka ketika Ibu
menyuruhku membeli donat, aku harus susah payah menuju ciwalk. Waktu pertemuan
kami sudah diatur oleh-Nya. Coba kita runut lagi, kalo misalnya Sammy tidak
cepat move on dan malah kembali
denganku tentu aku tidak akan bersama Bayu saat ini. –Yaiyalah-. Lalu aku juga
tidak akan bekerja sekeras itu untuk mengalihkan sakit hatiku. Dan mungkin aku
takkan lupa untuk menyervis motorku, jadi kalaupun aku disuruh Ibu ke Ciwalk,
aku tidak akan terjebak macet. Dan aku akan lebih cepat sampai. Dan aku takkan bertemu Lisa dan Pria di hadapanku
ini.
**
Terlalu lama
aku harus terdiam
Atau mungkin
ku tak percaya sungguh
Akan
kesempatan dan kemungkinan yang akan terjadi nanti
Karena ku
yakin ada pintu yang terbuka
Di antara
hatiku dan hatimu
It’s been
years since we’ve met
And days had
gone by
Now it’s time
to make up my mind
And I hope
that we can make it to the end
Bila firasat
ini memang benar memilikimu adalah maksud
Dari sebuah
rencana besar merubah hidupku
Jikalau aku
harus berhitung benar
Akan
kemungkinan yang bisa ada
Bila ku bisa
memilikimu bahagialah aku
Bayu menyematkan cincin emas putih ke
jari manisku. Setelahnya, giliranku. Bayu mencium lembut keningku kubalas
dengan kecupan hangat di punggung kanannya. Seisi ruangan tersenyum bahagia,
air mata yang menetes dari kedua orang tua kami sebagai tanda jatuhnya restu
dari mereka. Seorang sahabat yang kupinta menjadi fotografer meminta kami menunjukkan buku akta nikah ke
arah kamera.
Ahh, betapa Tuhan mempunyai rencana
besar yang sempurna. Dia menuntunku lagi-lagi dalam cinta segitiga. Kali ini antara Aku,
Bayu dan Tuhan.
Btw kalian tahu gak kalau aku dipromosikan menjadi vice general manager? Hahahahahahahaa =))
Btw kalian tahu gak kalau aku dipromosikan menjadi vice general manager? Hahahahahahahaa =))
~Terinspirasi
dari lagu Rencana Besar milik Padi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar