Minggu, 05 Agustus 2012

Cinta Segitiga


Tuhan, aku serahkan jalanku kepada-Mu. Biarkan serakan hati ini menyublim menjadi zat yang lebih kuat. Apa yang kau beri, apapun akan kuterima. Ku yakin, Kau punya rencana besar untukku.



Aku tak pernah berpikir bagaimana nanti aku bertemu dengan jodohku. Tidak, kejadian ditabrak mobil mewah ketika nyebrang di jalanan sepi oleh pria cakep-muda-single-galak-tapi-lama-lama-sayang-dan-posesif atau nyasar di desa lalu naik delman yang dikusiri pemuda tampan-bersih-pinter-lucu-yang-ternyata-anak-bangsawan-tapi-lagi-nyamar-jadi-orang-miskin-untuk-dapetin-gadis-tidak-matre seperti di FTV tidak pernah terlintas di benakku. Akupun tak pernah mengkondisikan. Tidak seperti salah seorang sahabatku yang sengaja cabut ke Bali agar siapa tahu bisa ketemu Bli yang menyelamatkannya saat belajar surfing lalu mereka.. ah sudahlah tidak usah dibahas. Hehehe.


Sore itu aku terpaksa berjalan kaki menyusuri jalanan berbatu miring-miring di sisi kiri Jalan Cihampelas. Tak kuasa rasanya lidah ini menamakan trotoar. Baru saja aku meraih tiang spanduk karena hampir terpeleset, suara klakson  motor meneriaki karena kakiku hampir menyenggol bannya. Apa? Kakiku yang hampir menyenggol bannya? Entahlah, kalimatku meluncur tak keruan, sekacau lalu lintas sore itu, seruwet pikiranku hari itu.


Aku terpaksa turun dari angkot karena jalanan macet total, aku harus ke Ciwalk membeli sekotak donat pesanan Ibu yang akan segera diberikan kepada menantu kesayangannya yang sedang ngidam. Untuk sekadar info, titah Ibu setara dengan titah Presiden. Harus segera dilaksanakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Maka, aku yang sedang berleha-leha di kost temanku di sekitaran Cisitu lalu segera beranjak. Berhubung motor sedang diservis, jadi aku harus rela ngetem hampir sejam di angkot yang sedang kutumpangi. Dan menghadapi macet di Cihampelas yang sudah menjadi pemandangan sehari-hari, tak kuasa aku harus segera turun dan berjibaku di antara lautan kendaraan. Oke, ini lebay. Tapi biarkanlah drama queen yang satu ini bebas menyuarakan kekesalannya.


Salahku sendiri sih lupa mengganti oli, jadi tadi pagi kuserahkan motor kesayanganku itu kepada montir-montir di bengkel langganan. Runtutan audit internal, eksternal, mengurus ISO membuatku kewalahan berbulan-bulan ini. Jangankan untuk merawat motor, merawat diri sendiripun sudah tak sempat.


Potongan rambut yang sudah tak keruan membuatku harus mencepolnya setiap hari. Kuikat sekenanya, yang penting tidak terlalu awut-awutan. Beberapa teman mengomentari penampilanku sebagai apresiasi patah hati setelah ditinggal menikah oleh kekasih hati. Ya begitulah, awal tahun ini pacarku, maaf, mantan pacarku menikah dengan wanita lain. Saat itu kami baru putus sekitar tiga bulan. Entah dewa move on mana yang membuatnya secepat itu bisa memutuskan segera menikah, sementara aku masih dalam suasana kalut dengan asa kembali padanya.


Sudah berpacaran selama dua tahun tentu saja bukan hal mudah bagiku untuk berpisah dengannya. Bahkan aku sudah berkhayal akan menikah dengannya akhir tahun ini. Aaakkkkk…. Tidak adil sungguh! Air mataku bisa langsung mengalir deras jika ingat hal ini. Maka pekerjaanlah yang menjadi pelarianku. Semua audit dan ISO kulahap dengan rakus. Ada beberapa yang mencibir kalau aku sedang mengincar posisi di samping general manager. Peduli setan, terserah mereka bilang apa, aku hanya ingin mengenyampingkan sakit di hati ini.


Lalu disinilah aku sekarang, bermuram durja dengan sekotak donat di lengan kanan. Ibu baru saja menelepon kalau donat pesanannya sudah dibelikan abangku. Kakiku tadi hampir terkilir ketika harus berjalan dari SMA 2 sampai sini. Ditambah beberapa kali tersenggol motor yang pengemudinya tak dianugerahi kesabaran.


“Ra, Rara!”
Seseorang memanggilku. Saat kutoleh, ternyata ada Lisa teman SMP dulu. Di sampingnya seorang pria tampan berkemeja coklat dengan kacamata frameless. Cobaan apalagi Tuhan, di saat keadaanku kacau begini aku dipertemukan dengan sepasang manusia yang begitu sempurna. Lisa adalah sahabatku yang paling cantik. Semenjak bangku SMP dia sudah menjajal dunia modelling. Dan sekarang nampaknya berpacaran dengan pria super tampan yang pernah kutemui. Oke, ini lebay. Pria ini sebenarnya termasuk pria dengan standar ketampanan normal, tinggi sekitar seratus tujuh puluh lebih dikit, berkulit coklat, berhidung mancung, alis tebal dan mata coklat yang berbingkai kacamata. Dan satu lagi, dia looks totally straight. Ngerti kan?


“Hei Lis, apa kabar? Makin cantik aja deh.” Kataku tulus. Dia memang makin memesona. Badannya ramping, kulitnya mulus, rambutnya hitam tergerai dengan sedikit wave di bagian bawahnya. Olesan make up tersapu tipis, tapi tetap stunning.
“Bisa aja  si neng.” Katanya tersenyum ramah. “Sendirian?” lanjutnya. Eerghh kenapa pertanyaan basa basi kedua tertinggi versi wanita cantik ini-dan-mungkin-hampir-seratus-juta-rakyat-indonesia adalah Sendirian atau Ama siapa?!
“Iya, disuruh Ibu beli ini.” Jawabku sambil memperlihatkan keresek donat.
“Duh emang anak baik lu yaa, apa kabar Ibu? Sehat? “
“Alhamdulillah sehat Lis.”
“Oiya, kenalin nih Bayu.”
Pria yang dipanggil Bayu menyodorkan tangannya, senyum tipis dilemparkan kepadaku. Oh tidak, kenapa paham tanaman tetangga indah rupawan muncul lagi di benakku. Seketika adrenalinku memuncak, aliran darah terpompa lebih kencang dan sepertinya agak tersendat di otakku. Tak ada oksigen yang dapat kuhirup. Tatapan pria itu seperti menghunus jantungku. Tidak, kenapa aku selalu tertarik pada pacar orang?!


Sedikit kubocorkan ya, entah kenapa pria yang sudah punya pacar selalu mendapat perhatian lebih dariku. Mereka seperti mempunyai magnet lebih yang bisa menarik pikiranku dan lalu menyumbat otakku. Begitulah, lalu aku akan jatuh cinta pada mereka. Berkali-kali aku terjebak dalam cinta segitiga. Kadang aku mengutuki diri sendiri mengapa selalu ingin bersama pacar orang lain. Tapi aku tak pernah jatuh cinta pada kekasih temanku. Harap dicatat baik-baik. Sammy, mantan pacar terakhirku, itu loh yang baru tiga bulan putus dariku lalu menikah dengan perempuan lain, itupun dulunya pacar orang lain. Maksudnya, ketika pertama kali bertemu sampai PDKT dia masih berstatus pacar orang. Ketika dia meninggalkanku aku merasa itu karma terbaik yang kudapat. Dan kini, hati dungu ini kembali merasa klepek-klepek melihat pacar orang, pacar temanku sendiri. Tidak!!


Setelah melanjutkan basa-basi, Lisa pamit pulang. Diciumnya kedua pipiku dan tak lupa menyampaikan salam untuk ibuku.
“Eh Ra ampe lupa, minta pin bb dong.”
“Oh, nih invite gua.” Kataku seraya menyebutkan delapan digit kombinasi angka dan huruf.

**
PING!
Raraaaa…
Iya Lis…. Kenapose?
Aku kasi pin bb kamu yahhh
Ke siapa?
Bayu… masi inget ga?


DEG. Bayu, ya masi inget lah! Pria yang seminggu ini ada di benakku. Mengisi otakku di sela tumpukan pekerjaan. Senyumnya terpatri setiap aku hendak memejamkan mata. Acap kali membuatku merona sampai kemudian senyum Lisa ikut melompat-lompat di antaranya. Menghancurkan semuanya. Ummm bukan gitu maksudku sih, aku gak bermaksud jahat pada Lisa, makanya pemikiran tentang si Bayu ini berat-berat kuusir sejauh mungkin. Ya tapi apa mau dikata, makin kuat kudorong, makin kokoh dia bertengger di pikiranku.


Oiya, masi inget. Ngapain pacar kamu minta pin aku?
Pacar?
?
Huahuahahahahhaaaa =)) kamu ngira Bayu pacar aku??
?
Hahahahahahahhahaa =))
Lisa…..
Sorry.. sorry.. Gak kok, Bayu bukan pacarku. Dia sahabat aku waktu kuliah…
Ohh… kirain hehe                                                                                                                    
Jadi gimana nih, boleh kan aku kasi pin kamu?
Hehehe
Apa lu hehe hehe?? Suka juga yaaaaa…..
Paan sik Lis!
Jie jie….


Tring. Tak lama blackberryku bunyi. Notifikasi ajakan berteman, di situ tertera nama Bayu Rahmadi. Setengah mati aku mencoba untuk bernapas normal. Tubuhku mengigil. Entah sudah berapa lama tubuhku tidak senorak ini. Dengan bibir tergigit kutekan accept. Jantungku berdegup kencang. Entah apa yang harus kulakukan. Tidak, aku tidak akan memulai percakapan duluan. Biar dia saja yang duluan, toh dia juga yang meminta pin bb-ku bukan? Jawab iya saja ya sodara-sodara!


Bersamanya aku seperti menemukan Rara yang dulu. Ceria, bersemangat, ramah pokoknya semua hal-hal positif dariku yang dulu sempat lenyap terbawa patah hati mendalam setelah ditinggal Sammy. Dulu kupikir dunia akan berhenti berputar setelah dicampakkan Sammy, tapi rupanya jalan hidup tak berakhir setragis itu.


Bisakah aku singgah di hatimu
Berharap sebentuk tempat yang tulus
Sesuatu yang kupercaya ada tersimpan di sana


Hampir setahun dekat dengannya, kami lalu berpacaran. Tak mudah bagiku untuk menerima seorang pria lagi dalam hidupku. Dia pria yang sungguh menyenangkan. Berada di dekatnya aku merasa aman tanpa kehilangan rasa nyaman. Keseriusannya akan hubungan kami sudah ditunjukannya sedari awal. Ia menemui orang tuaku, abangku, juga membawaku menemui keluarganya. Dia adalah pria terbaik yang pernah kutemui. Dia selalu mengingatkanku salat, dia rajin berpuasa. Ahhh tidakkah kalian setuju kalau dia memang dikirim Tuhan untuk membawaku ke jalan kebenaran? Iya iya, jatuh cinta sering membuat orang jadi lebay bukan? Atau hanya aku saja yang begitu. Terserahlah, yang pasti hidupku jauh lebih baik setelah bersamanya.


Kami selalu terbahak setiap mengingat awal pertemuan. Aku menyangka kalau dia pacar Lisa. Padahal saat itu Bayu sedang menemani Lisa mencarikan kado untuk Ramon kekasih Lisa yang juga sahabat Bayu.


Aku selalu menyelipkan namanya dalam setiap percakapanku dengan Tuhan. Bagaimana tidak, setelah kebandelanku selama ini Tuhan denganmurah hatinya memberiku sosok Bayu. Pria yang membuatku tak hanya jatuh cinta padanya, tapi juga pada Tuhan. Dia selalu mengingatkanku bahwa semua ini memang rencana Yang Maha Kuasa.


Pertemuan kami bukanlah suatu kebetulan. Mulai dari patah hatiku, lalu aku tenggelam dalam rentetan audit dan tektek bengek pekerjaan yang membuatku lupa menyervis motor, maka ketika Ibu menyuruhku membeli donat, aku harus susah payah menuju ciwalk. Waktu pertemuan kami sudah diatur oleh-Nya. Coba kita runut lagi, kalo misalnya Sammy tidak cepat move on dan malah kembali denganku tentu aku tidak akan bersama Bayu saat ini. –Yaiyalah-. Lalu aku juga tidak akan bekerja sekeras itu untuk mengalihkan sakit hatiku. Dan mungkin aku takkan lupa untuk menyervis motorku, jadi kalaupun aku disuruh Ibu ke Ciwalk, aku tidak akan terjebak macet. Dan aku akan lebih cepat sampai. Dan  aku takkan bertemu Lisa dan Pria di hadapanku ini.


**
Terlalu lama aku harus terdiam
Atau mungkin ku tak percaya sungguh
Akan kesempatan dan kemungkinan yang akan terjadi nanti
Karena ku yakin ada pintu yang terbuka
Di antara hatiku dan hatimu


It’s been years since we’ve met
And days had gone by
Now it’s time to make up my mind
And I hope that we can make it to the end


Bila firasat ini memang benar memilikimu adalah maksud
Dari sebuah rencana besar merubah hidupku


Jikalau aku harus berhitung benar
Akan kemungkinan yang bisa ada
Bila ku bisa memilikimu bahagialah aku


Bayu menyematkan cincin emas putih ke jari manisku. Setelahnya, giliranku. Bayu mencium lembut keningku kubalas dengan kecupan hangat di punggung kanannya. Seisi ruangan tersenyum bahagia, air mata yang menetes dari kedua orang tua kami sebagai tanda jatuhnya restu dari mereka. Seorang sahabat yang kupinta menjadi fotografer  meminta kami menunjukkan buku akta nikah ke arah kamera.


Ahh, betapa Tuhan mempunyai rencana besar yang sempurna. Dia menuntunku lagi-lagi  dalam cinta segitiga. Kali ini antara Aku, Bayu dan Tuhan.




Btw kalian tahu gak kalau aku dipromosikan menjadi vice general manager? Hahahahahahahaa =))

~Terinspirasi dari lagu Rencana Besar milik Padi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar