Pada suatu senja di bulan
Mei. Gadis itu terpaku di tepi pantai, mencium rakus amis laut dan menatap
lurus ujung horison. Garis batas langit dan laut.
Jemari telanjang menelusup ke
dalam pasir. Hangat. Kulit melegam terpanggang matahari. Sudah seharian dia
belum juga beranjak.
Secarik surat ada dalam genggamannya.
Pada senja kutitipkan sebuah kehangatan
Penantian akan pulang
Sirnanya kesenduan
Cinta
Gadis itu lalu berdiri.
Mendekap surat
dalam-dalam. Tersenyum ke arah surya yang tenggelam. Berjalan menuju tepian
pantai. Senyumnya mengembang. Terus melangkah. Riak-riak ombak tak
menghalanginya. Berat-berat kakinya terus bergerak. Air laut sudah sampai
sedadanya.
“Nona! Berhenti Nona!!”
**
aih, tulisan yang cantik! :')
BalasHapuscantikan mana sama aku?
HapusAduh... penasaran nih. :D
BalasHapustunggu 5 flash fiction sambungannya
Hapus~~~~( \ ',')/
Lantas ada pangeran berkuda mengejar dan menyelamatkannya. *ngayal* hha
BalasHapusnggg... prabowo?
Hapus~~~(\',')/
suka dengan isi suratnya
BalasHapuspuitis sekaliii
Hihihihi bole diliat puisi-puisianku lainnya di #sesajakan
Hapus.-.
aaaah senja memang menggoda dan tulisannya bagus mak :)
BalasHapusaahhh... makasih mak :)
Hapus