Kemarin Rama meng-invite BBMku. Sudah pasti, pin
blackberryku didapatnya dari Katy. Tanpa pikir panjang langsung ku-approve.
Awalnya masih bingung, mau ngobrol apa, atau bahkan mau
nyapa gimana. Entahlah, bahkan tanganku gemetaran saat melihat namanya tertera
di recent updates. Apakah aku harus minta maaf atas kejadian kemarin? Eh, untuk
apa ya, toh dia yang menabrak aku. Atau pura-pura jual mahal dengan menanyakan
ini siapa, tahu nomor pinku dari siapa..
TRING
“Hi Kirana, gue Rama, yang nabrak lo kemarin..” sebuah
emoticon smile disisipkannya.
“Oh iya, haii Rama..” mati kutu gue.
“Gak papa ya gue nginvite?”
“Gak lah..” mesti ngomong apalagi gue.
Dan ternyata percakapan itu membawa kami ke
pertemuan-pertemuan selanjutnya yang kadang tak disengaja ataupun dibuat tampak
tak sengaja. Aku lebih sering menghampiri Katy di kantornya, mengajaknya makan
siang hanya untuk sekadar bisa bertemu Rama selintas di lobby kantor atau di
sela-sela kesibukannya dikejar meeting.
“Loh, lagi di sini?”
“Iya, mo lunch sama Katy. Mo gabung?”
“Pengin banget, tapi gue mesti meeting di luar. Ini juga
buru-buru.”
“Oh iya gak papa, lain kali mungkin.” Sahutku dibalas dengan
senyum sumringah dari Rama.
Lain waktu giliran Rama dan Katy yang menghampiri kantorku
sepulang kerja. Alibinya pulang bareng karena rumah kami searah. Beberapa kali
pertemuan memang disertai Katy, selanjutnya hanya Rama yang memang sengaja
menjemputku pulang.
Dua bulan setelah insiden tabrakan di kantor Katy,
hubunganku dengan Rama semakin dekat. Pertemuan kami cukup intens, makan siang,
makan malem, nonton midnight, semua berjalan begitu mulus sampi aku merasa
kalau it’s too good to be true.
mhm... roman :)
BalasHapusroman-romannye... :p
Hapusterusss kapan kawinnya? perlu wonya ga? *tunjukjari*
BalasHapuskawin gak perlu WO *lawas*
HapusJadi ini nih yang selalu dibahas bu guru ikaf? Good luck lah
BalasHapusikaf bahas apaan.... (._. )
Hapusiya, emang aku bahas apa? (._. )
Hapus